tag:blogger.com,1999:blog-70862472008891086672024-02-20T15:49:19.992-08:00Media Tarbiyah AkhwatBlog ini dibuat sebagai jalan agar bisa berbuat lebih baik lagi untuk pribadi atau yang kebetulan membaca.....Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-61357199791678582802010-12-26T19:32:00.000-08:002010-12-26T19:32:14.197-08:00IkhlasIni cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.<br />
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.<br />
<br />
Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: <br />
Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.<br />
<br />
Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.<br />
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...<br />
<br />
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"<br />
<br />
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Ibu"<br />
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...<br />
<br />
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya "Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah ?" "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !"<br />
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."<br />
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"<br />
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.<br />
<br />
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"<br />
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?".<br />
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."<br />
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. "<br />
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.<br />
<br />
Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.<br />
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya... <br />
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?"<br />
<br />
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya " Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa"<br />
<br />
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa... <br />
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"<br />
<br />
Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa. <br />
<br />
Demikian pula halnya dengan Allah S.W.T.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan...<br />
<br />
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-20752351626392696532010-12-26T19:19:00.001-08:002010-12-26T19:19:36.069-08:00Keistimewaaan Wanita1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat dari lelaki.<br />
2. Wanita yang Sholihah itu lebih baik daripada 1000 orang lelaki yang sholeh.<br />
3. Barang siapa yang menngembirakan anak wanitanya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takutkan Allah.<br />
4. Barang siapa yang membawa hadiah ( oleh-oleh ) lalu diberikan kepada keluarganya, hendaklah mendahulukan anak wanitanya dari anak laki-laki<br />
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW didalam Syurga.<br />
6. Barang siapa mempunyai 2 atau 3 anak wanita, atau 2 atau 3 saudara wanita lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa dan tanggung jawab maka baginya adalah Syurga.<br />
7. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak wanitanya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (Aisyah r.a.).<br />
8. Syurga dibawah telapak kaki Ibu ( Hadits )<br />
9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga, maka masuklah dari pintu yang dikehendaki.<br />
10. Wanita yang taat akan suaminya serta menjaga sholat dan puasanya, semua ikan-ikan dilaut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat pada suaminya dan direlakanya.<br />
11. Apabila memanggil akan engkau dua orang Ibu Bapakmu, maka jawablah panggilan Ibumu dahulu.<br />
12. Aisyah r. a. berkata “ Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ? “ Jawab Baginda, “ Suaminya “ Siapa pula berhak terhadap lelaki ? Jawab Rasulullah “ Ibunya “<br />
13. Wanita apabila sholat 5 waktu, puasa 1 bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu Syurga mana saja yang dia kehendaki.<br />
14. Tiap wanita yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia kedakam Syurga 10.000 tahun lebih dahulu dari suaminya.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-39774582550431234572010-12-26T19:13:00.000-08:002010-12-26T19:13:13.538-08:00Hanya WanitaHari-hari belakangan ini terasa gelap buat Sisca, ibu dua anak yang baru saja disentak kekecewaan yang amat dalam, setelah promosi kenaikan jabatannya tertunda. “Percuma saja aku kerja mati-matian melebihi siapapun di kantorku, sia-sia saja aku tidur larut untuk menuntaskan pekerjaan di rumah, kasihan anak-anak karena sepanjang akhir pekan aku sibuk membenahi pekerjaanku. Nyatanya, jalanku tetap dihambat!” keluh Sisca.<br />
Tak pelak lagi. Jiwa wanita pekerja keras ini belakangan mulai diguncang emosi. Suami dan anak-anaknya menangkap gejala menyedihkan. Sisca kadang murung, lantas bisa marah tak terkendali. Malam hari ia menangis sesenggukan di dada sang suami.<br />
<br />
<br />
Bukan cuma Sisca. Siapapun di dunia ini pasti pernah merasakan ‘guncangan’ emosi yang membuat jiwa meronta, terpuruk, bahkan melayang. Riana, gadis manis mahasiswi ekonomi tingkat tiga, minggu lalu dibuat jatuh terpuruk setelah putus dari pacarnya. Lina, sekretaris cantik berusia 23 tahun, dibuat mengharu biru, lantaran ibunya yang sudah lama tak bertegur sapa dengannya memberikan seikat bunga di hari ulang tahunnya. Sementara Hesti, sarjana hukum yang belum mendapat pekerjaan serasa mendapat durian runtuh ketika Hendra, sarjana lulusan luar negeri yang sudah lama diincarnya tiba-tiba menawarkan diri datang ke rumah.<br />
Hidup adalah cerita yang tak pernah berhenti. Anda tak bisa mendapat tempat, dimana ‘cuaca’ hidup terus menerus sama. Keadaan statis tak mungkin mewarnai jiwa, karena hidup sarat dengan angin yang damai, badai, hujan atau sengatan matahari. Inilah yang penting dipahami, jiwa kita tak pernah terus menerus dalam kondisi stabil dan tenang. Suatu saat, karena hal apapun, bisa saja tiba-tiba emosi datang mengguncang!<br />
Itukah saat-saat terburuk? Jangan dulu menyalahkan emosi. Penelitian yang dilakukan pakar psikologi di Amerika membuktikan, goncangan emosi pada kebanyakan orang justru menjadi semacam warming up pada apa yang dinamakan dengan pembaruan hidup. Orang yang dicekam rasa takut, menjadi survive karena tak mau takut lagi. Orang yang dibuat haru menjadi sangat arif karena ia mengerti indahnya dibahagiakan. Orang yang terpuruk lantaran disepelekan, menjadi kuat karena ia merasa perlu bertahan. Orang yang baru ditinggalkan melahirkan kembali semangat hidup untuk bisa bangkit.<br />
Psikolog ternama, Jeanne Seagal, Ph.D. mengatakan dalam bukunya yang berjudul Raising Your Emotional Intelligence, bahwa emosi jika dikelola dengan baik, memiliki sisi positif, yakni menjadi pemicu sifat-sifat yang menguntungkan. “Rasa takut, senang, cemas, sedih, marah, kesal merupakan semacam olahraga jiwa,” kata Jeanne.<br />
Bagaimana mengelolanya? Face the fact ! Itu jawaban mutlak. Seperti halnya rasa sakit, maka yang namanya emosi hendaknya dipahami dan diperhatikan, bukan diabaikan. Dalam pengalamannya menghadapi banyak pasien, Jeanne menemukan bahwa orang-orang yang menyadari dan memperhatikan gejolak emosi di dirinya cenderung menunjukan usaha yang positif untuk menemukan solusi, ketimbang orang yang lari dari kenyataan dan berharap emosi hilang dengan instan.<br />
“Seluruh jenis emosi itu bagus. Punya sifat informatif dan konstruktif,” ujar Jeanne. “Emosi mampu menjadi peringatan untuk bangkit dan memberikan sinyal untuk mengubah sesuatu dalam hidup,” lanjutnya lagi.<br />
Jika Anda kini tengah tenggelam dalam tangis yang tak berkesudahan gara-gara sebuah persoalan yang ‘mengocok’ emosi Anda, buanglah dulu semua tangis Anda. Setelah itu? Renungkanlah, bahwa emosi yang kini sedang menguasai Anda membawa pesan yang tak terkatakan, yakni….lakukan sesuatu agar keadaan lebih baik!Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-88056656698411566042010-12-26T19:04:00.001-08:002010-12-26T19:04:45.784-08:00Masih Perlukah Wanita Belajar Memasak? Sebuah pekerjaan rumah tangga yang kini mulai ditinggalkan wanita modern.Hasan mengernyitkan kening ketika menyantap nasi goreng buatan Rahmi, istri barunya. Di bibirnya tersungging sebuah senyum tipis, sementara Rahmi memandang suaminya penuh rasa cemas. Benar dugaannya, hingga kali ketiga ia memasakkan nasi goreng untuk suaminya ternyata belum juga bisa terasa pas di lidah. <br />
"Enak...," hibur suaminya sambil meneruskan, "Cuma terlalu asin." Rahmi tersenyum kecut menahan malu. Setelah hampir sebulan lalu keduanya menikah, baru tak lebih dari dua pekan mereka menempati rumah kontrakannya. Sejak saat itu Rahmi memang harus memasak, mencuci, dan menyeterika sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang tak pernah ia sentuh ketika masih gadis. Ibunya tak pernah mengajarkan pekerjaan-pekerjaan semacam itu kepadanya, dan semasa kuliah pun habis waktunya untuk belajar melulu. <br />
Beruntung, Hasan termasuk suami yang mau mengerti latar belakang kehidupan istrinya, hingga selanjutnya justru Hasanlah yang mengajari Rahmi berbagai resep masakan. <br />
Di era globalisasi ini, semakin banyak gadis yang senasib seperti Rahmi. Sekolah tinggi, pandai, mandiri, tetapi tak bisa memasak, tak suka mencuci ataupun menyapu halaman. Kamarnya penuh buku diktat berantakan, debu di rak buku dan jendela sudah berminggu-minggu belum dibersihkan, tetapi gadis penghuni kamar itu tetap asyik berkutat dengan buku-buku pelajaran dan komputernya. <br />
Jika dilihat dari kesibukan jadwal kuliah dan materi pelajaran yang ekstra berat, kita mungkin bisa memahami mengapa gadis-gadis pandai itu begitu giat belajar hingga melalaikan pekerjaan-pekerjaan teknis. Dianggapnya pekerjaan-pekerjan itu hanya membuang waktu, buang tenaga, tidak bermanfaat, dan terlalu remeh dibandingkan tugas belajar yang berat. Benarkah pendapat itu? <br />
Tentu saja salah besar. Setiap pekerjaan, seremeh apapun, pasti ada manfaatnya. Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan kecil dalam rumah tangga seperti ini, sebenarnya memiliki manfaat cukup besar pula bagi kaum hawa. Apa saja manfaatnya, akan kita bahas berikut ini. <br />
Bukan Pekerjaan Remeh <br />
Pekerjaan memasak, misalnya, akan menajamkan perasaan seseorang. Kepandaian merajang bawang merah dengan sama tipis, sama sekali bukan hal yang mudah. Memperkirakan minyak agar tidak terlalu panas sehingga kerupuk bisa mekar dengan baik sempurna, kuningnya pas, dan tidak terlalu coklat pun butuh kepekaan perasaan. Belum lagi persoalan penataan hidangan di meja makan, bagaimana bisa nampak lebih menarik untuk disantap, semuanya butuh kelembutan perasaan dan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan. <br />
Mencuci, sekilas nampak seperti pekerjaan kasar semata. Ternyata di sana tetap dibutuhkan juga latihan kesabaran. Kaos kaki dekil, hanya bisa dibersihkan dengan menguceknya kuat-kuat berkali-kali. Bagian dalam kerah baju dan saku, perlu gosokan pelan namun teliti karena debunya tersembunyi di bagian yang sulit dikucek. Belum lagi saat menjemurnya. Jika asal-asalan merentangkan jemuran, ketika kering baju menjadi kusut. Tetapi jika dijemur dengan rapi, hati-hati, diluruskan serat-serat kainnya, maka baju akan lebih terawat rapi, tak mudah kusut maupun molor. <br />
Begitu juga dengan meyeterika, membutuhkan latihan kesabaran yang tak ringan. Untuk bisa menyeterika kerah baju, bahu yang letaknya menyudut, lipatan-lipatan rok yang harus ditata satu demi satu, semuanya tak bisa dikerjakan dengan kasar dan sembarangan dan membutuhkan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan pula. <br />
Bagaimana dengan membersihkan kamar, menata buku, atau memasang vas bunga di meja, apakah semuanya pekerjaan remeh? Sama sekali tidak, karena semua ini akan mempertajam kepekaan para gadis terhadap kebersihan dan keindahan rumahnya kelak. Jika terbiasa dengan kamar seperti kapal pecah, lantas siapa yang nantinya berinisiatif memperindah rumahnya kelak? Padahal merawat bunga dalam pot bukan hal yang ringan. Membersihkan debu di sela-sela susunan buku, di sudut-sudut jendela pun butuh ketelatenan. Apakah harus suami yang mengerjakannya? Atau menggantungkan kepada pembantu? Ada pembantu pun tak akan berguna, jika majikannya tak peka terhadap kebersihan dan keindahan rumah. <br />
<br />
<br />
Persiapkan Gadis-gadis Kita <br />
Walaupun kita merasa sebagai orang modern, jangan sekali-sekali merasa tak perlu mengajarkan ketrampilan-ketrampilan rumah tangga kepada gadis-gadis kita. Apapun kesibukan mereka, latihlah gadis-gadis itu untuk bisa (walau tak harus pandai) memasak, menjahit, mencuci maupun menyeterika. Seperti yang sudah kita bahas, pekerjaan-pekerjaan tersebut turut berperan dalam membentuk karakter feminin dalam kepribadian mereka. <br />
Jika gadis-gadis trampil melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut, kepekaan perasaan bisa tetap terjaga, juga kepekaan terhadap kebersihan lingkungan dan tumbuhlah pula cita rasa keindahannya. Kelembutan tangan dan kelincahan motorik halus jari-jari tangan mereka pun tetap terjaga. Dan pada akhirnya, semua itu akan membantu menghaluskan kejiwaan mereka, menumbuhkan kesabaran dan ketelatenannya. <br />
Kepribadian yang halus dan lembut seperti ini akan menyeimbangkan kemandirian, kepandaian dan kemampuan rasio yang mereka dapatkan dari sekolah-sekolah formal yang ada. <br />
Di jaman kehidupan Rasulullah, gadis-gadis telah mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan berkeluarga sebelum mereka baligh. Sehingga ketika datang saat baligh, mereka telah dewasa dan siap untuk menjalani hidup pernikahan. Apakah terlalu muda? Tidak, karena kepribadian mereka telah cukup matang. Jauh berbeda dengan kepribadian gadis-gadis usia baligh sekarang, yang justru sedang berada dalam masa kritis sebagai remaja yang sedang mencari jati diri. Ini semua gara-gara para orang tua lalai untuk mendewasakan gadis-gadis mereka sebelum baligh. <br />
Karena keadaan memang sudah berbeda, kita pun tak bisa melawan arus dengan mudah. Anak-anak gadis kita tetap harus mengikuti pola perkembangan masyarakat kita, tetapi jangan sekali-sekali lupa untuk tidak memberikan kebutuhan pendidikan kepribadian yang paling mereka butuhkan untuk masa-masa berkeluarganya kelak. Bukankah suami akan lebih sayang jika istri yang memasakkan makanan untuknya?<br />
“dan bekerjalah kamu, maka Allah dan RosulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu dan kamu akan dikembalikan kepada (ALlah) yang maha mengetahui yang ghoib dan yang nyata”Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-74156496969055145872010-12-23T15:37:00.001-08:002010-12-23T15:37:49.959-08:00Kisah Kepongpong.......Seorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. <br />
Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.<br />
<br />
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.<br />
Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap2 mengkerut.Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yg mungkin akan berkembang dalam waktu.<br />
Semuanya tak pernah terjadi.<br />
<br />
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yg menghambat dan perjuangan yg dibutuhkan kupu-kupu untukmelewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.<br />
<br />
Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yg semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.<br />
<br />
Saya memohon Kekuatan ..Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.<br />
Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.<br />
Saya memohon Kemakmuran .... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.<br />
Saya memohon Keteguhan hati ... Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.<br />
Saya memohon kebahagiaan dan cinta kasih...Dan Tuhan memberikan kesedihan kesedihan untuk dilewati.<br />
Saya memohon Cinta .... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.<br />
Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati.... Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.<br />
Saya tidak memperoleh yg saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-33344437777884431922010-12-22T00:06:00.000-08:002010-12-22T00:06:40.980-08:00Cinta Sejati Seorng Ibu Terhadap Anak-anaknyaDia seorang wanita yang sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan bualan orang sekitarnya. Maklum-lah ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula bercakap dalam bentuk syair. Al-Khansa binti Amru demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab. <br />
<br />
Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr: <br />
“Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada si Sakhr, malang. <br />
Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang di ufuk barat. <br />
Kalaulah tidak kerana terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, nescaya aku bunuh diriku.”<br />
Setelah Khansa masuk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakannya untuk menye-marakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya telah diajar ilmu bersyair dan dididik berjuang dengan berani. Kemudian kesemua puteranya itu telah diserahkannya untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. <br />
Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan cabaran. <br />
<br />
Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi. Semua umat Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah seramai 41,000 orang tentera. Khansa telah mengerahkan keempat-empat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuang tentera Islam. <br />
<br />
Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan mara ke medan perang: <br />
“Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan suka rela pula. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara maramu, aku tidak pernah merendahkan keturunan kamu, dan aku tidak pernah mengubah perhubun-gan kamu. Kamu telah tahu tentang pahala yang disediakan oleh Allah kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahawasanya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang binasa.” <br />
<br />
Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imaran yang bermaksud: “Wahai orang yang beri-man! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga kamu menjadi orang yang beruntung.” Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar nasihat bonda yang disayanginya. <br />
Seterusnya Khansa berkata: “Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah, dalam keadaan selamat, maka ke-luarlah untuk berperang dengan musuh-musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah per-tolongan dari Allah. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperan-gan yang sedang bergejolak masuklah kamu ke dalamnya. Dan dapatkanlah puncanya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berjaya mendapatkan balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal.” <br />
<br />
Subuh esoknya semua tentera Islam sudah berada di tikar sholat masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah iaitu solat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap sedia sebaik saja semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satupun bermula sampai dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah. <br />
<br />
Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bondanya, mereka tidak sedikitpun berasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang di antara mereka bersyair: <br />
“Hai saudara-saudaraku! <br />
Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekalkan nasihat. <br />
Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bernas dan berfaedah. <br />
Insya Allah akan kita buktikan sedikit masa lagi.”<br />
Kemudian ia maju menetak setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang mencabar. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair: <br />
“Demi Allah! <br />
Kami tidak akan melanggar nasihat ibu tua kami <br />
Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati <br />
Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur musuh bersama-sama <br />
Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah. <br />
Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya sambil bersyair: <br />
“Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas dan tidak goncang. <br />
Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak cekap dan berakal cemerlang <br />
Itulah nasihat seorang ibu tua yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri <br />
Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri <br />
Dapatkan kemenangan yang bakal membawa kegembiraan di dalam hati. <br />
Atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi.”<br />
Akhir sekali anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair: <br />
“Bukanlah aku putera Khansa’, bukanlah aku anak jantan <br />
Dan bukan pula kerana Amru yang pujiannya sudah lama terkenal, <br />
Kalau aku tidak membuat tentera asing yang berkelompok-kelompok itu terjunam ke jurang bahaya, dan mus-nah mangsa oleh senjataku.”<br />
<br />
Bergelutlah keempat-empat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga diiringi oleh doa munajat ibondanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus hebat. Tentera Islam pada mulanya kebingungan dan kacau bilau kerana pihak Farsi menggunakan tentera bergajah di barisan hadapan, semen-tara tentera pejalan kaki berlindung di belakang binatang tahan lasak itu. Namun tentera Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bahagian-bahagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan yang menungganginya, memijak-mijak tentera Farsi lainnya. Mereka jadi mangsa gajah sendiri. Kesempatan ini dipergunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. <br />
<br />
Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya merekapun lari lintang pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah teruk, dari 200,000 tenteranya hanya sebahagian kecil sahaja yang dapat menyelamatkan diri.Umat Islam lega. Kini mereka mengumpul dan mengira tentera Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui sya-hid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7,000 orang. Dan daripada 7,000 orang syhuhada itu terbujur empat orang adik beradik anak Khansa. <br />
<br />
Seketika itu juga ramailah tentera Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahawa keempat empat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan: <br />
“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka, dan aku mengharapkan dari Tu-hanku, agar Dia mengumpulkan aku dengar mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!”<br />
<br />
Al-Khansa kembali semula ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan meninggalkan ma-yat putera-puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperangan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan ‘Ummu syuhada yang ertinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-48178884228392111482010-12-21T23:36:00.000-08:002010-12-21T23:36:45.923-08:00Pribadi Wanita SholehahKemuliaan Ibu Dalam Islam <br />
2 rakaat solat wanita yang hamil lebih baik dari 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil. Wanita yang hamil dapat pahala puasa disiang hari dan pahala ibadat dimalam hari. wanita yang bersalin dapat pahala 70 thn solat dan puasa serta setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah bagi satu pahala haji. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas bersalin ia dikira sebagai mati syahid. <br />
<br />
Wanita yang beri minum susu badannya kepada anaknya akan dapat 1 pahala daripada tiap titik susu yang diberikannya. Wanita yang beri minum susu badannya kepada anaknya yang menangis maka Allah beri pahala satu thn pahala solat dan puasa. <br />
Kalau wanita menyusui anaknya hingga cukup tempoh 2. 5 thn maka malaikat dilangit khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. <br />
<br />
Seorang ibu yang menghabiskan masa mlmnya dengan tidur yang tidak selesa karena menjaga anaknya yang sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba. <br />
Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan di ampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah beri 12 tahun pahala ibadat. <br />
<br />
Kelebihan Wanita<br />
Allah Yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian. Dan Dia telah menjadikan hambanya itu berpasang-pasangan. Lelaki dan wanita yang saling memerlukan. Sebahagiannya menjadi pembantu kepada sebahagian yang lain. Kemuliaan manusia hanyalah dalam agama sejauh mana mereka dapat mentaati perintah Allah dengan cara Nabi S.A.W. Allah telah mengurniakan kepada wanita dengan berbagai kelebihan. <br />
<br />
Syarat untuk wanita masuk syurga begitu mudah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Seorang wanita yang mengerjakan solat 5 waktu, berpuasa wajib sebulan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya maka pasti dia akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dikehendakinya. " (HR Abu Nuaim) <br />
<br />
Ab. Rahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Seorang wanita solehah lebih baik dari 1000 lelaki yang tak soleh. Dan seorang wanita yang melayan suaminya selama seminggu maka ditutupkan baginya 7 pintu neraka dan dibuka 8 pintu syurga yang mana dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa hisab. " <br />
<br />
Siti Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Tidaklah seorang wanita yang haidh kecuali haidhnya merupakan kifarah bagi dosa2nya yang telah lalu. Dan pada hari pertama haidhnya membaca "Alhamdulillahi 'ala kulli hal wa astaghfirullaha min kulli zanbin" maka Allah menetapkan baginya bebas dari neraka, dengan mudah melalui sirat, aman dari siksa bahkan Allah mengangkat ke atasnya derajat 40 orang syuhada apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya. " <br />
<br />
Wanita yang mulia dalam pandangan Allah, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia maka dia menggembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya. " <br />
Ada sebuah riwayat bahwa pada zaman Nabi S.A.W. ada seorang lelaki yang akan berangkat untuk berperang dijln Allah. Dia berpesan kepada isterinya, "Wahai isteriku ... janganlah sekali-kali engkau meninggalkan rumah ini sehingga aku kembali. <br />
<br />
"Secara kebetulan ayahnya menderita sakit... maka wanita tadi mengutus seorang lelaki menemui Rasulullah S.A.W. Baginda bersabda kepada utusan itu, "Agar dia taati suaminya. " Demikian pula wanita itu mengutus utusannya bukan hanya sekali sehingga akhirnya dia mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumahnya. <br />
<br />
Maka ayahnya meninggal dunia tetapi dia tetap tidak melihat mayat ayahnya. Dia tetap sabar sehingga suaminya pulang. Maka Allah memberi wahyu kepada Nabi yang berbunyi, "Sesungguhnya Allah telah mengampuni wanita tersebut disebabkan ketaatannya kepada suaminya. Dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa Allah turut mengampuni dosa ayahnya disebabkan ketaatan anaknya itu. <br />
<br />
Inilah sebenarnya perkara yang menyebabkan wanita diredhai oleh Allah bukannya dalam persamaan hak yang seperti dituntut oleh penjahil agama. Sedangkan dalam peristiwa Israk Mikraj, Nabi telah melihat ke dalam syurga yang mana Allah masuk wanita ke dalam syurga 500 tahun lebih awal dari suami mereka... dan bila melihat ke dalam neraka Nabi dapati 2/3 dari penghuninya adalah wanita. Oleh itu takutilah kita semua akan ALLAH... . <br />
<br />
Kelebihan Wanita, <br />
Abdullah bin Masud meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Apabila seorang wanita mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat baginya 1000 kebaikan, di ampunkan 2000 kesalahan bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohon ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat untuknya. " Maulana Syed Ahmad Khan dalam bayannya menceritakan kelebihan yang dimiliki oleh wanita. Katanya: Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seorang wali Allah. <br />
<br />
Wanita yang menguli tepung dengan membaca Bismillah akan diberkati Allah rezekinya. <br />
Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir dapat pahala seperti membersihkan Baitullah. <br />
Wanita yang solehah lebih baik dari 70 orang lelaki yang soleh. Allah akan berkati rezeki apabila wanita memasak dengan zikir. <br />
Seorang wanita yang menutup auratnya dengan purdah ditingkatkan oleh Allah nur wajahnya 13 kali dari wajah asal. <br />
<br />
Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah yang Maha Indah di akhirat nanti tetapi bagi Allah sendiri akan datang untuk berjumpa dengan wanita yang memberati auratnya iaitu yang memakai purdah dengan istiqamah. <br />
<br />
Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan rasulnya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikurniakan kepada kita semua. Sehinggakan hari ini manusia Islam mencari sesuatu selain dari agama karena merasa pengorbanan mereka tidak dihargai. Dan mereka turut melaungkan persamaan hak seperti di barat. Ini semua bukanlah salah mereka... tetapi kitalah yang bersalah karena kita lupa bahwa kita ini umat yang dianugerah kan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia... <br />
<br />
Wanita Solehah Sebagai Anak <br />
Allah S.W.T telah berfirman yang maksudnya : "Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah selain kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapa mu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Ya Rabbi, kasihanilah mereka kedua-duanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil. " Al Isra' 23-24. <br />
<br />
Allah memerintahkan agar manusia berbakti kepada kedua ibu bapa mereka dan mentaati mereka. Bagi wanita ketaatan mereka sebelum mereka berkahwin adalah kepada kedua ibu-bapa mereka dan selepas berkahwin, kepada suami mereka Menyakiti hati kedua mereka adalah merupakan dosa yang amat besar. <br />
<br />
Ismail Ibnu Umayyah telah berkata : Seorang lelaki meminta nasihat : "Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat. " Rasul menjawab "Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatupun, sekalipun engkau dibakar atau dibelah dua. " <br />
Ia berkata "Wahai Rasulullah, tambahkanlah. " Rasulullah menjawab, "Berbaktilah kepada kedua ibu-bapamu, jangan sekali-kali engkau meninggikan suara di hadapannya. Jika keduanya memerintahkan engkau untuk mengeluarkan hartamu, maka keluarkanlah bagi keduanya. " <br />
<br />
Lelaki itu meminta kembali : "Wahai Rasulullah, tambah lagi selain itu. " Rasulullah menjawab, "Jangan engkau meminum khamar (arak), sebab khamar itu adalah kunci segala kejahatan. " Lelaki itu meminta kembali, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah untukku selain itu. " Rasulullah S.A.W. menjawab, "Didiklah keluargamu dan berilah mereka nafkah sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah engkau mengangkat tongkat (lisan)mu namun berbuatlah agar mereka takut kepada Allah. " HR Imam Ibnu Majah. <br />
<br />
Adab anak terhadap kedua ibu-bapanya : <br />
Berbuat baik dan berlemah lembut terhadap mereka. <br />
1. Mentaati perintah kedua mereka selagi tidak bertentangan dengan perintah Allah. <br />
2. Melihat wajah mereka dengan kasih sayang merupakan ibadah. <br />
3. Mendoakan mereka berdua dengan doa yang baik. <br />
4. Menjaga hati mereka berdua dan menggembirakan mereka. <br />
5. Menjalinkan silaturrahim dengan sahabat-sahabat mereka. <br />
6. Menziarahi kubur ibu-bapa jika mereka telah meninggal dunia. <br />
<br />
Wanita Yang Dimurkai Allah (perkara yang amat dibenci allah pada seorang wanita)<br />
Kepada wanita yang tidak menutup aurat Allah berfirman, " Hiduplah dengan apa yang kau suka. " Allah melaknati wanita yang sengaja mendedahkan auratnya kepada lelaki yang bukan muhrim. <br />
<br />
Perempuan yang memakai kain yang tipis dan jarang untuk menarik perhatian lelaki bukan muhrim atau memakai segala yang mendatangkan keghairahan kepada orang lain maka dia tidak akan mencium bau syurga. <br />
<br />
Wanita yang jahat lebih buruk dari 1000 orang lelaki yang jahat. <br />
Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan Rasulnya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikurniakan kepada kita semua. Sehinggakan hari ini manusia Islam mencari sesuatu selain dari agama karena merasa pengorbanan mereka tidak dihargai. Dan mereka turut melaungkan persamaan hak seperti di barat. Ini semua bukanlah salah mereka... tetapi kitalah yang bersalah karena kita lupa bahwa kita ini umat yang dianugerah kan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia... <br />
<br />
<br />
Wanita yang dimurkai oleh Allah<br />
Sebagaimana Allah suka dengan wanita yang yang solehah, Allah juga sangat murka kepada beberapa jenis wanita. Oleh itu sangat perlu bagi kita mengetahui perkara yang boleh menyebabkan kebenciannya supaya kita terhindar dari kemurkaannya. <br />
<br />
Kemurkaan Allah pada hari kiamat sangat dahsyat sehinggakan nabi2 pun sangat takut. Bahkan Nabi Ibrahim pun lupa bahwa dia mempunyai anak yang bernama Nabi Ismail karena ketakutan yang amat sangat. Abu Zar R.A meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda: "Seorang wanita yang berkata kepada suaminya, "semoga engkau mendapat kutukan Allah" maka dia dikutuk oleh Allah dari atas langit yang ke-7 dan mengutuk pula segala sesuatu yang dicipta oleh Allah kecuali 2 jenis makhluk iaitu manusia dan jin. " <br />
<br />
Ab. Rahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Seorang yang membuat susah kepada suaminya dalam hal belanja atau membebani sesuatu yang suaminya tidak mampu maka Allah tidak akan menerima amalannya yang wajib dan sunnatnya. " <br />
<br />
Abdullah bin Umar r. a meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda: "Kalau seandainya apa yang ada dibumi ini merupakan emas dan perak serta dibawa oleh seorang wanita kerumah suaminya. Kemudian pada suatu hari dia terlontar kata2 angkuh, "engkau ini siapa? Semua harta ini milikku dan engkau tidak punya harta apa pun. " Maka hapuslah semua amal kebaikannya walaupun banyak. <br />
<br />
Nabi S.A.W. adalah seorang yang sangat kasih pada ummatnya dan terlalu menginginkan keselamatan bagi kita dari azab Allah. Beliau menghadapi segala rupa penderitaan, kesakitan, keletihan dan tekanan. Begitu juga air mata dan darah baginda telah mengalir semata-mata karena kasih-sayangnya terhadap kita. Maka lebih-lebih lagi kita sendirilah yang wajar berusaha untuk menyelamatkan diri kita, keluarga kita dan seluruh ummat baginda. Sebagai penutup ikutilah kisah seterusnya ini sebagai iktibar bagi kita. <br />
<br />
Ali r. a. meriwayatkan sebagai berikut: "Saya bersama Fatimah berkunjung kerumah Rasulullah dan kami temui beliau sedang menangis. Kami bertanya kepada beliau, "mengapa tuan menangis wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "pada malam aku di Isra'kan kelangit, daku melihat orang sedang mengalami berbagai penyeksaan... maka bila teringatkan mereka aku menangis. " Saya bertanya lagi, "wahai Rasulullah apakah yang tuan lihat?" <br />
<br />
Beliau bersabda: Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih. Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangannya dipaut dari punggungnya sedangkan aspal yang mendidih dari neraka dituangkan ke kerongkongnya. <br />
<br />
Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya sedangkan air getah kayu zakum dituang ke kerongkongnya. <br />
Wanita yang digantung, diikat kedua kaki dan tgnnya ke arah ubun2 kepalanya serta dibelit dibawah kekuasaan ular dan kala jengking. Wanita yang memakan badannya sendiri serta dibawahnya tampak api yang menyala-nyala dengan hebatnya. <br />
<br />
Wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka. Wanita yang bermuka hitam dan memakan ususnya sendiri. Wanita yang tuli, buta dan bisu dalam peti neraka sedang darahnya mengalir dari rongga badannya (hidung, telinga, mulut) dan badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra. <br />
Wanita yang berkepala seperti kepala babi dan kaldai yang mendapat berjuta jenis siksaan. Maka berdirilah Fatimah seraya berkata, "Wahai ayahku, cahaya mata kesayanganku... ceritakanlah kepada ku apakah amal perbuatan wanita2 itu. " <br />
<br />
Rasulullah S.A.W. bersabda, "Wahai Fatimah, adapun tentang : Wanita yang digantung dengan rambutnya karena dia tidak menjaga rambutnya (di jilbab) dikalangan lelaki. <br />
<br />
Wanita yang digantung dengan lidahnya karena dia menyakiti hati suaminya dengan kata Kemudian Nabi S.A.W. bersabda: "Tidak seorang wanita yang menyakiti hati suaminya melalui kata2nya kecuali Allah akan membuatnya mulutnya kelak dihari kiamat, selebar 70 zira' kemudian akan mengikatnya dibelakang lehernya. <br />
Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya karena dia menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya. <br />
<br />
Adapun wanita yang diikat dengan kaki dan tangannya itu karena dia keluar rumah tanpa izin suaminya, tidak mandi wajib dari haidh dan nifas. <br />
<br />
Adapun wanita yang memakan badannya sendiri karena suka bersolek untuk dilihat lelaki lain serta suka membicarakan keaiban orang. Adapun wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka karena dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal) dikalangan orang yang banyak dengan maksud supaya orang melihat perhiasannya dan setiap orang jatuh cinta padanya karena melihat perhisannya. <br />
<br />
Adapun wanita yang diikat kedua kaki dan tangannya sampai ke ubun2nya dan dibelit oleh ular dan kala jengking karena dia mampu mengerjakan solat dan puasa. Tetapi dia tidak mahu berwudhuk dan tidak solat serta tidak mahu mandi wajib. <br />
<br />
Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti kaldai karena dia suka mengadu-domba(melaga-lagakan orang) serta berdusta. <br />
Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing karena dia ahli fitnah serta suka marah-marah pada suaminya. <br />
<br />
Dan ada diantara isteri nabi-nabi yang mati dalam keadaan tidak beriman karena mempunyai sifat yang buruk. Walaupun mereka adalah isteri manusia yang terbaik dizaman itu. Diantara sifat buruk mereka : Isteri Nabi Nuh suka mengejek dan mengutuk suaminya. <br />
Isteri nabi Lut suka bertandang ke rumah orang. Semoga Allah beri kita kekuatan untuk mengamalkan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Kalau kita tidak berasa takut atau rasa perlu berubah... maka kita kena khuatir. Takut kita tergolong dalam mereka yang tidak diberi petunjuk oleh Allah. Nauzubillahi min zalik.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-56130312410734233092010-12-21T23:29:00.001-08:002010-12-21T23:29:43.362-08:00KHADIJAH BINTI KHUWAILID radhiallâhu 'anha (Sang kekasih yang selalu dikenang jasanya)Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya. <br />
Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun.Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin 'A'id bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai. <br />
Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya. Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi'tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain. <br />
Akan tetapi dia merasa pesimis; mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya? <br />
Maka disaat dia bingung dan gelisah karena problem yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembuyikan oleh Khodijah tentang problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik.Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya. <br />
Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian dan kecerdikannya: <br />
Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad? <br />
Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah . <br />
Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya? <br />
Muhammad : Siapa dia ? <br />
Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid <br />
Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju. <br />
Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar. <br />
Setelah usai akad nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka terdapat Halimah as-Sa'diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta. <br />
Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallâhu 'anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . <br />
Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah. <br />
Kemudian Allah Ta'ala menjadikan Muhammad al-Amin ash-Shiddiq menyukai Khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai dari pada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di Gua Hira' sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal didalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain –lain. <br />
Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri. <br />
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira' pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu.Selanjutnya beliay Nabi Saw keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: "Selimutilah aku ….selimutilah aku …". <br />
Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menjawab:"Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku". <br />
Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: "Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sugguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran. <br />
Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa. <br />
Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: "Qudus….Qudus…..Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar,maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh alaihi sallam secara langsung.Tatkala melihat kedatangan Nabi, sekonyong-konyong Waraqah berkata: "Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah ". Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Apakah mereka akan mengusirku?". Waraqah menjawab: "Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu …kalau saja aku masih hidup…". Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat. <br />
Menjadi tenanglah jiwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi. <br />
Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam. <br />
Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur'an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya: <br />
"Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!"(Al-Muddatstsir:1-7). <br />
Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallâhu 'anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya. <br />
Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta'ala: <br />
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2). <br />
Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan. <br />
Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallâhu 'anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta'ala : <br />
"Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan ". (Ali Imran:186). <br />
Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: "Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya". <br />
Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka'bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah. <br />
Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam. <br />
Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalalm hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid". <br />
Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-73180161061825019252010-12-08T16:40:00.000-08:002010-12-08T16:40:54.765-08:00Memilihmu.......jika aku mencari ketampanan tentu aku tak memilihmujika aku mencari kekayaan tentu aq juga tak memilihmubiarlah”tak sempurna”dan biarkan mereka trus bicaraTERSERAH..!!!krn aku tak akan mendengarkannya..<br />
Aku tau kau punya seribu kekurangan tapi aku juga tahu kau punya berjuta kelebihan yang bersembunyi dibalik keimanan.Tenanglah..aku tak akan minta hidup yg mewah,tak akan minta harta yg berlimpah dan tak akan minta sesuatu yang engkau tak bisa menyanggupinya.percayalah..aku menerimamu apa adanya.<br />
Cintai aku tapi jangan sepenuhnya..<br />
Marahi aku jika aku terselah tapi cukup dengan marah yang sewajarnya..<br />
Sekali lagi ku katakan..biarkan mereka trus bicara…!!!<br />
Tak apa..hatiku tak luka karena insya Allah aku yakin pilihanku adalah pilihanNYA juga.<br />
Bantu aku untuk menjadi wanita sholeha sepenuhnya dengan menyempurnakan setengah dari agama,menjadi istri dari seorang hamba sepertimu yg begitu mencintaiNYA :)<br />
<br />
Teruntuk seorang teman (hee.. lupa siapa yang mengirimnya)Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-89992459795976986562010-12-04T17:37:00.000-08:002010-12-04T17:37:56.708-08:00Birrul WalidainBirrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul walid (kewajiban orang tua) ialah orang tua berkewajiban mempersiapkan anak-anaknya agar berbakti kepadanya. Sabda Rasulullah “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk bisa berbakti kepadanya”. <br />
<br />
Keutamaan-keutaman dari Birrul Walidain <br />
<br />
1. Ahabul ‘amali illalahi ta’ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)<br />
<br />
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah?” Rasulullah bersabda “ Shalat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “ Jihad dijalan Allah”. Ini berarti diantara 2 amal yang paling dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika durhaka kepada orang tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah seorang sahabat untuk berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua. Akhirnya Rasulullah memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki hubungan dengan kedua orang tuanya.<br />
<br />
2. Laisajaza an min waladin ila walidih (Bakti kepada orang tua bukanlah merupakan suatu balas budi)<br />
<br />
Seseorang anak tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua. Sebagaimana dalam hadist “Tidak akan dapat membalas seorang anak kepada orang tuanya melainkan anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya lalu dia membelinya kemudian memerdekakannya”.<br />
<br />
3. Al ummu hiya ahaqu suhbah (perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari kedua orang tua ialah ibu)<br />
<br />
Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah yang lebih berhak diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?” menjawab Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Menjawab Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Jawab Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Barulah Rasulullah menjawab “Bapakmu”. Dalam Qs. 31:14 Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama pada ibunya yang telah mengandung dan menyusuinya.<br />
<br />
4. Makruman bi ibadatillah (Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah kepada Allah SWT)<br />
<br />
Qs. Al Israa’ ayat 23 Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua melarang perkataan “ah” dan membentak kepada keduanya dan mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat ini mengartikan bahwa berbakti kepada orang tua sama wajibnya dengan ibadah kepada Allah SWT.<br />
<br />
Unsur-unsur Birrul Walidain<br />
<br />
Seorang anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap atau berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain . Jika unsur-unsur tsb tidak terpenuhi maka hukukul walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur Birrul Walidain yaitu:<br />
<br />
1. Al muhaqodhotu alal kaul <br />
<br />
Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23. <br />
<br />
2. Khofdul Jannah<br />
<br />
Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat 24.<br />
<br />
3. Attoah Almushahabah<br />
<br />
Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15. <br />
<br />
<br />
4. Sabatulbirri ba’da wafatihima<br />
<br />
Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?” Rasulullah dengan tegas menjawab “Ya, masih ada”. Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :<br />
a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)<br />
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)<br />
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)<br />
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)<br />
e. Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua) <br />
<br />
Kisah-kisah Para Nabi & sahabat Rasulullah SAW dalam mempraktekan Birrul Walidain<br />
<br />
• Kisah Nabi Ibrahim As<br />
<br />
Nabi Ibrahim As mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim As tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada Qs. 19 : 41-45.<br />
<br />
• Kisah Rasulullah SAW<br />
<br />
Rasulullah SAW yang telah ditinggal ayahnya Abdullah karena meninggal dunia saat Rasulullah masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia 6 tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah berbakti pula kepada bibinya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.<br />
<br />
• Kisah Abu Bakar As Siddiq ra<br />
<br />
Abu Bakar As Siddiq ra adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, bukan hanya perkataan yang lemah lembut lagi mulia dan sikap yang baik melainkan juga beliau dapat mengajak bapaknya yakni Abu Khuwafah untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya dan hal ini dinanti oleh Abu Bakar dengan cukup lama. Allah berfirman dalam QS 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas shalat (mendirikan shalat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra. <br />
<br />
• Kisah Sa’ad Bin Abi Waqas ra<br />
<br />
Sa’ad bin Abi Waqas ra menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan Kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau resikonya”. Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya. Kisah ini juga merupakan asbabun nujul turunnya ayat Qs 31 : 15.<br />
<br />
Ketika seorang anak berbakti kepada orang tua merupakan suatu bakti yang tidak hanya sekedar didunia tetapi juga di yaumil akhir.<br />
<br />
<b>Ust. Drs. Muhammad Sa’id</b>Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-83397868820129933342010-12-01T18:01:00.000-08:002010-12-01T18:01:48.588-08:00Doa Ketika SakitYa Allah, bagi-Mu segala puji atas kesehatan badanku serta bagi-Mu pula segala puji atas penyakit yang Engkau titipkan di tubuhku ini, aku tidak tau Ya Allah, yang manakah di antara kedua keadaan ini yang lebih patut disyukuri?<br />
<br />
Yang manakah dari ke dua keadaan itu yang mengharuskan aku memuji kepada-Mu? Apakah keadaan sehat dimana Engkau lapangkan kepadaku segala rezeki yang baik dan halal dan Engkau memberi kesempatan bagiku mencari keridhaan dan karunia-Mu, serta dengan kesehatan itu pula aku memperoleh petunjuk untuk senantiasa menaati-Mu?<br />
<br />
Ataukah keadaan sakit dimana Engkau bersihkan diriku serta nikmat-nikmat yang Engkau hadirkan padaku. Sebagai pemberi keringanan terhadap dosa-dosa yang membebani punggungku dan pembersih terhadap segala kotoran kesalahan-kesalahan yang membuatku terjerumus kedalamnya?<br />
<br />
Sebagai pengingat untuk bertobat, sebagai pengingatan untuk menghapuskan dosa dengan keagungan nikmat-Mu, namun selama keadaan sakit itu kedua malaikat pencatat amal tidaklah mencatat dosa-dosa itu, namun menjadikannya kebaikan yang tak pernah terlintas dalam hati, yang tak pernah diucapkan lidah, yang tak pernah dilakukan anggota tubuh, semuanya itu hanyalah kemurahan yang Engkau limpahkan kepadaku.<br />
<br />
Ya Allah, maka limpahkanlah sejahtera kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, berkahilah aku untuk senantiasa mencintai yang Engkau ridhai, mudahkanlah segala yang menimpaku, bersihkan diriku dari setiap noda-noda yang kuperbuat sebelumnya, hapuskanlah kejahatan yang aku lakukan, karuniailah aku manisnya kenikmatan sehat wal afiat.<br />
<br />
Berikanlah aku menikmati tenangnya keselamatan, jadikanlah jalan keluar dari penyakitku ini sebagai ampunan dari-Mu, jadikanlah perubahan keadaan badanku yang sakit ini sebagai pemberian maaf dari-Mu.<br />
<br />
Jadikanlah kebebasanku dari musibah ini sebagai kelapangan dari-Mu serta keselamatanku dari cobaan ini sebagai penghibur dari-Mu.<br />
Sesungguhnya Engkau Maha pemberi kebaikan Yang Maha dermawan lagi Maha mulia, Yang memiliki keagungan dan kemuliaan.Amin yaa Allah yaa Robbal'alamMedia Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-22490400103758162212010-11-27T19:19:00.001-08:002010-11-27T19:19:33.123-08:00Amanah Seorang SahabatDiceritakan bahawa ada dua orang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah s.w.a. berteman baik saling ziarah menziarahi antara satu dengan lainnya. Mereka adalah Sha'b bin Jastamah dan Auf bin Malik. <br />
"Wahai saudaraku, siapa di antara kita yang pergi (meninggal dunia) terlebih dahulu, hendaknya saling kunjung mengunjungi." kata Sha'b kepada Auf di suatu hari. <br />
"Betul begitu?" tanya Auf. <br />
"Betul." jawab Sha'b. <br />
Ditakdirkan Allah, Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu. Pada suatu malam Auf bermimpi melihat Sha'b datang mengunjunginya. <br />
"Engkau wahai saudaraku?" tanya Auf. <br />
"Benar." jawab Sha'b. <br />
"Bagaimana keadaan dirimu?" <br />
"Aku mendapatkan keampunan setelah mendapat musibah." <br />
Apabila Auf melihat pada leher Sha'b, dia melihat ada tanda hitam di situ. <br />
"Apa gerangan tanda hitam di lehermu itu?" tanya Auf. <br />
"Ini adalah akibat sepuluh dinar yang aku pinjam dari seseorang Yahudi, maka tolong jelaskan hutang tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa tidak satupun kejadian yang terjadi di dalam keluargaku, semua terjadi pula setelah kematianku. Bahkan terhadap kucing yang matipun dipertanggungjawabkan juga. Ingatlah wahai saudaraku, bahwa anak perempuanku yang mati enam hari yang lalu, perlu engkau beri pelajaran yang baik dan pengertian baginya." <br />
<br />
Perbincangan di antara kedua-dua lelaki yang bersahabat itu terhenti kerana Auf terjaga dari tidurnya. Dia menyadari bahwa semua yang dimimpikannya itu merupakan pelajaran dan peringatan baginya. Pada sebelah paginya dia segera pergi ke rumah keluarga Sha'b. <br />
"Selamat datang wahai Auf. Kami sangat gembira dengan kedatanganmu." kata keluarga Sha'b. "Beginilah semestinya kita bersaudara. Mengapa anda datang setelah Sha'b tidak ada di dunia?" <br />
Auf menerangkan maksud kedatangannya yaitu untuk memberitahukan semua mimpinya malam tadi. Keluarga Sha'b faham akan semuanya dan percaya bahwa mimpinya itu benar. Mereka pun mengumpulkan sepuluh dinar dari wang simpanan Sha'b sendiri lalu diberikan kepada Auf agar dibayarkan kepada si Yahudi. <br />
Auf segera pergi ke rumah si Yahudi untuk menjelaskan hutang Sha'b. <br />
"Adakah Sha'b mempunyai tanggungan sesuatu kepadamu?" tanya Auf. <br />
"Rahmat Allah ke atas Sha'b Sahabat Rasulullah S.A.W. Benar, aku telah memberinya pinjaman sebanyak sepuluh dinar." jawab si Yahudi. <br />
Setelah Auf menyerahkan sepuluh dinar, si Yahudi berkata: "Demi Allah dinar ini serupa benar dengan dinarku yang dipinjamnya dulu." <br />
Dengan demikian, Auf telah melaksanakan amanah dan pesan saudara seagamanya yang telah meninggal dunia.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-57014586527190696362010-11-27T19:08:00.000-08:002010-11-27T19:08:21.842-08:00Gugurnya Dosa Bersama Tetesan Air Wudhu"Abu Nadjih (Amru) bin Abasah Assulamy r.a berkata : Pada masa Jahiliyah, saya merasa bahwa semua manusia dalam kesesatan, karena mereka menyembah berhala. Kemudian saya mendengar berita ; Ada seorang di Mekkah memberi ajaran-ajaran yang baik. Maka saya pergi ke Mekkah, di sana saya dapatkan Rasulullah SAW masih sembunyi-sembunyi, dan kaumnya sangat congkak dan menentang padanya. <br />
Maka saya berdaya-upaya hingga dapat menemuinya, dan bertanya kepadanya : Apakah kau ini ? <br />
Jawabnya : Saya Nabi. <br />
Saya tanya : Apakah nabi itu ? <br />
Jawabnya : Allah mengutus saya. <br />
Diutus dengan apakah ?<br />
Jawabnya : Allah mengutus saya supaya menghubungi famili dan menghancurkan berhala, dan meng-Esa-kan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. <br />
Saya bertanya : Siapakah yang telah mengikuti engkau atas ajaran itu ? <br />
Jawabnya : Seorang merdeka dan seorang hamba sahaya ( Abubakar dan Bilal ). <br />
<br />
Saya berkata : Saya akan mengikuti kau. Jawabnya : Tidak dapat kalau sekarang, tidakkah kau perhatikan keadaan orang-orang yang menentang kepadaku, tetapi pulanglah kembali ke kampung, kemudian jika telah mendengar berita kemenanganku, maka datanglah kepadaku. Maka segera saya pulang kembali ke kampung, hingga hijrah Rasulullah SAW ke Madinah, dan saya ketika itu masih terus mencari berita, hingga bertemu beberapa orang dari familiku yang baru kembali dari Madinah, maka saya bertanya : Bagaimana kabar orang yang baru datang ke kota Madinah itu ? Jawab mereka : Orang-orang pada menyambutnya dengan baik, meskipun ia akan dibunuh oleh kaumnya, tetapi tidak dapat. Maka berangkatlah saya ke Madinah dan bertemu pada Rasulullah S.A.W. Saya berkata : Ya Rasulullah apakah kau masih ingat pada saya ?<br />
<br />
Jawabnya : Ya, kau yang telah menemui saya di Mekkah. Lalu saya berkata : Ya Rasulullah beritahukan kepada saya apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan belum saya ketahui. Beritahukan kepada saya tentang shalat ? Jawab Nabi : Shalatlah waktu Shubuh, kemudian hentikan shalat hingga matahari naik tinggi sekadar tombak, karena pada waktu terbit matahari itu seolah-olah terbit di antara dua tanduk syaitan, dan ketika itu orang-orang kafir menyembah sujud kepadanya. <br />
<br />
Kemudian setelah itu kau boleh shalat sekuat tenagamu dari sunnat, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga matahari tegak di tengah-tengah, maka di situ hentikan shalat karena pada saat itu dinyalakan Jahannam, maka bila telah telingsir dan mulai ada bayangan, shalatlah, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga shalat Asar. Kemudian hentikan shalat hingga terbenam matahari, karena ketika akan terbenam matahari itu seolah-olah terbenam di antara dua tanduk syaithan dan pada saat itu bersujudlah orang-orang kafir. <br />
<br />
Saya bertanya : Ya Nabiyullah : Ceriterakan kepada saya tentang wudlu' ! Bersabda Nabi : Tiada seorang yang berwudlu' lalu berkumur dan menghirup air, kemudian mengeluarkannya dari hidungnya melainkan keluar semua dosa-dosa dari mulut dan hidung. Kemudian jika ia membasuh mukanya menurut apa yang diperintahkan Allah, jatuhlah dosa-dosa mukanya dari ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian bila membasuh kedua tangan sampai kedua siku, jatuhlah dosa-dosa dari ujung jari-jarinya bersama tetesan air. Kemudian mengusap kepala maka jatuh semua dosa dari ujung rambut bersama tetesan air, kemudian membasuh dua kaki ke mata kaki, maka jatuhlah semua dosa kakinya dari ujung jari bersama tetesan air. Maka bila ia shalat sambil memuja dan memuji Allah menurut lazimnya, dan membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, maka keluar dari semua dosanya bagaikan lahir dari perut ibunya " ( HR. Muslim )<br />
<br />
"Ketika Amru bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, oleh Abu Umamah ditegur : Hai Amru bin Abasah perhatikan keteranganmu itu, masakan dalam satu perbuatan orang diberi ampun demikian rupa. Jawab Amru : Hai Abu Umamah, telah tua usiaku, dan rapuh tulangku, dan hampir ajalku, dan tiada kepentingan bagiku untuk berdusta terhadap Allah atau Rasulullah S.A.W.<br />
Andaikan saya tidak mendengar dari Rasulullah, hanya satu dua atau tiga empat kali, atau lima enam tujuh kali tidak akan saya ceritakan, tetapi saya telah mendengar lebih dari itu " ( HR. Muslim )Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-17964035079654717462010-11-24T23:29:00.000-08:002010-11-24T23:29:59.009-08:00RUHANIYATUD-DA’IAH (Tarbiyah Ruhiyah).A. FLUKTUASI IMAN<br />
Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10). <br />
“Maka Allah Mengilhamkan kepada jiwa itu Jalan kepasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” [Asy-Syams 91:9-10)<br />
Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun).<br />
“Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian dengan Laa Ilaaha Illallah.” (HR. Ibnu Islam)<br />
Catatan :<br />
Fluktuasi iman seorang Muslim seharusnya memiliki kecenderungan untuk senantiasa naik dan bukan fluktuasi yang tidak beraturan.<br />
B. HAKIKAT TAQWA<br />
Ungkapan para sahabat dan ulama :<br />
• Taqwa : konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muroqobatullah; merasa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghrifah-Nya.<br />
• Taqwa : hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.<br />
• Taqwa : mencegah diri dari azab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi atau pun terang-terangan<br />
• Taqwa : Hendaklah kamu berbuat dengan taat kepada Allah, berada di atas cahaya dari Allah, mengharap pahala Allah, meninggalkan kedurhakaan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya dan takut kepada siksa-Nya (Ibnu Mas’ud)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
C. BALASAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA<br />
• Diberikan furqon dan diampuni dosanya<br />
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Memberikan kepadamu Furqan dan Menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan Mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah Mempunyai Karunia yang besar. (Al Anfaal 8:29)<br />
• Diberikan rahmat dan cahaya hidayah dari Allah<br />
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah Memberikan Rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan Menjadikan untukmu Cahaya yang dengan Cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia Mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Al Hadid 57:28)<br />
• Diberikan jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka <br />
“Barangsiapa bertawa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah tiada disangka-sangka.” (ath-Thalaq 65:2-3)<br />
• Dimudahkan oleh Allah segala urusan<br />
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah Menjadikan baginya Kemudahan dalam urusannya. (ath-Thalaq 65:4)<br />
• Ditutupi kesalahan-kesalahan dan akan dilipatgandakan pahala baginya oleh Allah<br />
dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan Melipatgandakan Pahala baginya. (ath-Thalaq 65:5)<br />
• Mendapatkan berkah dari Allah<br />
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan Melimpahkan kepada mereka Berkat dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (Ayat-ayat Kami) itu, maka Kami Siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raahf 7:96)<br />
D. JALAN MENCAPAI PERINGKAT TAQWA<br />
Bagian I : Faktor-faktor yang penting<br />
1. MU’AHADAH (Mengikat Perjanjian) <br />
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai Saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An Nahl 16:91)<br />
Cara Mu’ahadah : Hendaklah seorang mu’min berkholwat (menyendiri) antara dia dan Allah untuk mengintrospeksi diri seraya mengatakan pada dirinya: “Wahai jiwaku, sesungguhnya kamu telah berjanji kepada Rabbmu setiap hari disaat kamu berdiri membaca”.”Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon bantuan”. Wahai jiwaku, bukankah dalam munajat ini engkau telah berikrar tidak akan berhamba selain kepada Allah, tidak akan meminta pertolongan selain kepada-Nya. Tidakkah engkau telah berikrar untuk tetap komitmen kepada shiratal mustaqim yang terbebas dari kerumitan dan liku-liku perjalanan … Tidakkah engkau telah berikrar untuk berpaling dari jalan orang-orang sesat dan dimurkai Allah ? Kalau memang demikian, hati-hatilah wahai jiwaku. Janganlah engkau langgar janjimu setelah Dia engkau jadikan sebagai pengawasmu. Janganlah engkau mundur dari jalan yang telah ditetapkan oleh Islam setelah engkau jadikan Allah sebagai saksimu. Hati-hatilah jangan sampai engkau mengikuti jalan orang-orang yang sesat dan menyesatkan setelah engkau jadikan Allah sebagai penunjuk jalan. Hati-hati wahai jiwaku, jangan engkau ingkar setelah beriman, jangan tersesat setelah engkau mendapat petunjuk, janganlah engkau menjadi fasiq setelah beriltizam (komitmen) … Barang siapa melanggar maka akibatnya akan menimpa dirinya, barang siapa tersesat maka kesesatannya itu akan menimpanya.<br />
Bila Anda mengharuskan diri untuk komitmen terhadap janji yang diikrarkan 17 kali dalam sehari itu, kemudian anda mewajibkan supaya anda meniti tangga menuju ikrar tersebut … maka anda telah meniti tangga menuju taqwa.<br />
<br />
2. MUSYARATHAH (Penetapan Syarat) (16:91)<br />
Jiwa dan hati memerlukan ikatan janji harian. Jika manusia tidak mengikat jiwanya dengan janji harian niscaya akan mendapati jiwanya telah banyak menyimpang, sebagaimana akan mendapati hatinya telah kesat dan lalai.<br />
Caranya : Apabila hamba memasuki waktu shubuh dan telah usai melaksanakan shalat shubuh maka hendaknya ia meluangkan hatinya sesaat untuk menetapkan syarat terhadap jiwa seraya berkata kepada jiwa: Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur; jika ia habis maka habislah modal sehingga tidak ada harapan untuk melakukan perdagangan dan mencari keuntungan. Di hari yang baru ini Allah telah memberi tempo kepadaku. Dia memperpanjang usiaku dan melimpahkan nikmat kepadaku dengan usia tersebut. Seandainya Allah mematikan aku niscaya aku berandai-andai sekiranya Allah mengembalikan aku ke dunia sehari saja agar aku dapat beramal shalih. Anggaplah wahai jiwa bahwa engkau telah meninggal kemudian dikembalikan lagi ke dunia, maka janganlah sampai kamu menyia-nyiakan hari ini, karena setiap nafas adalah mutiara yang tiada terkira nilainya. Ketahuilah wahai jiwa, bahwa sehari semalam adalah duapuluh empat jam, maka bersungguh-sungguhlah pada hari ini untuk mengumpulkan bekalmu dan janganlah engkau biarkan perbendaharaanmu kosong, dan janganlah kamu cenderung kepada kemalasan, kelesuan dan santai sehingga kamu tidak dapat meraih derajat ‘illiyyin sebagaimana orang selainmu telah mendapatkannya.<br />
<br />
3. MURAQABAH (Pengawasan) <br />
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang) dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Asy Syu’araa’ 217-219)<br />
Makna : merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan serta merasaka kebersamaan-Nya di kala sepi ataupun ramai.<br />
Caranya : Sebelum memulai suatu pekerjaan dan disaat mengerjakannya, hendaklah seorang mu’min memeriksa dirinya … Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi ataukah karena dorongan ridha Allah dan menghendaki pahala-Nya? Jika benar-benar karena ridha Allah, maka ia akan melaksanakannya kendatipun hawa nafsunya tidak setuju dan ingin meninggalkannya. Kemudian ia menguatkan niat dan tekad untuk melangsungkan ketaatan kepada-Nya dengan keikhlasan sepenuhnya dan semata-mata demi mencari ridha Allah. Itulah hakikat ikhlas.<br />
Macam-macam Muroqobah :<br />
- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan adalah dengan ikhlas kepada-Nya<br />
- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total<br />
- Muroqobah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya<br />
- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran.<br />
4. MUHASABAH (introspeksi diri) setelah Beramal <br />
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr:18)<br />
Muhasabah ialah : Hendaklah seorang mu’min menghisab dirinya sendiri ketika selesai melakukan amal perbuatan … apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridah Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya’? Apakah dia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?….<br />
5. MU’AQABAH (Menghukum Diri atas Segala Kekurangan)<br />
“Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah 2:179)<br />
Apabila seorang mu’min menemukan kesalahan maka tak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan-kesalahan yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Bahkan sepatutnya dia memberikan sanksi atas dirinya dengan sanksi yang mubah (Misalnya dengan menginfakkan sejumlah harta, atau dengan mengerjakan beberapa raka’at shalat sunat). Hal ini merupakan peringatan baginya agar tidak menyalahi ikrar, disamping merupakan dorongan untuk lebih bertaqwa dan bimbingan menuju hidup yang lebih mulia.<br />
6. MUJAHADAH (Bersungguh-sungguh memaksa diri) <br />
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al Ankabuut:69)<br />
Apabila seorang mu’min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya.<br />
Hal-hal yang harus diperhatikan :<br />
• Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya<br />
• Tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya<br />
7. MU’ATABAH (Mencela Diri)<br />
Jalan yang harus Anda tempuh adalah berkonsentrasi menghadapinya lalu menyadarkan akan kebodohan dan kedunguannya. Katakanlah kepadanya, “Wahai jiwa, betapa besar kebodohanmu; kamu mengaku bijaksana, cerdas dan tanggap padahal kamu sangat bodoh dan dungu! Tidakkah kamu tahu di hadapanmu ada sorga dan neraka dan bahwa kamu pasti segera memasuki salah satunya? Mengapa kamu berbangga dan sibuk dengan permainan padahal kamu dituntut perkara yang mahapenting? Hari ini atau esok hari kamu bisa saja kamu meninggal, tetapi mengapa aku melihatmu memandang kematian sangat jauh padahal Allah melihatnya sangat dekat? Mengapa kamu tidak bersiap-siap menghadapi kematian padahal ia lebih dekat kepadamu dari setiap hal yang dekat?<br />
Tujuan munajat orang-orang ahli ibadah adalah mencari ridha-Nya dan maksud celaan mereka adalah memperingatkan dan meminta perhatian. Siapa yang mengabaikan mu’atabah dan munajat berarti ia tidak menjaga jiwanya, dan bisa jadi tidak mendapatkan ridha Allah.<br />
<br />
Bagian II : Faktor-faktor yang berkaitan dengan kepekaan jiwa<br />
1. Mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya<br />
Apabila seorang mu’min senantiasa mengingat bahwa kematian pasti akan menjemputnya, kemudian ia pasti akan ditanya dalam kesendiriannya di alam kubur…Selalu mengingat bahwa kubur itu baginya bisa jadi taman surga atau jurang neraka…Bila semua itu selalu terbayang dibenaknya, maka bisa dipastikan hatinya akan peka terhadap rasa takut kepada Allah dan muroqobah-Nya setiap saat dan di segala tempat. Bahkan jiwa dan raganya akan bangkit untuk melakukan amal-amal sholeh guna mempersiapkan bekal untuk hari yang dijanjikan.<br />
<br />
<br />
<br />
2. Membayangkan hari akhirat dan hal-hal yang berkaitan dengannya<br />
Tatkala seorang mu’min membayangkan peristiwa-peristiwa yang dihadapi oleh ahli surga atau juga ahli neraka… Tatkala mengenal lebih dekat keadaan mereka di padang mahsyar, ketika dimulainya timbangan dibagikannya kitab-kitab amal dan dimualinya penitian jembatan…Ketika menghayati keadaan orang-orang yang masuk surga dengan berbagai kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah dan berbagai macam kesengsaraan dan siksaan yang sudah disediakan…Seorang da’i ketika membayangkan semua itu pasti akan bersungguh-sungguh dalam beribadah dan berusaha lebih dekat kepada Allah.<br />
<br />
Bagian III : Faktor-faktor amaliyah yang menumbuhsuburkan ruhiyah<br />
1. Memperbanyak Tilawah Al-Qur’an dan Tadabbur<br />
Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu mempertajam pandangan yang sudah tumbul, merupakan pemusnah pandangan-pandangan yang sempit dan obat bagi hati yang sedang sakit. Apabila seorang mu’min sudah konsisten membaca Al-Qur’an dengan tenang, tadabbur dan khusyu’, maka akan terbukalah belenggu-belenggu yang memborgol hatinya dan akan terpancar pula cahaya Al-Qur’an di dalam hatinya.<br />
Rasulullah selalu membaca Al-Qur’an secara dawam (rutin). Beliau memohon kepada Allah agar menjadikan Al-Qur’an sebagai taman dalam hatinya, cahaya bagi pandangannya, penghapus duka dan pemusnah kebingungan.<br />
Cukuplah bagi pembaca Al-Qur’an kemuliaan dan kebanggaan bahwa Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at di hari kiamat nanti.<br />
Dan cukuplah bagi pembaca Al-Qur’an kejayaan dan keagungan karena mereka akan bersama-sama dengan para malaikat.<br />
Cukuplah pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an karena baginya dari setiap huruf sepuluh kebaikan.<br />
2. Hidup Bersama Rasulullah Melalui Sirahnya yang Harum Semerbak<br />
Hal ini karena Nabi sebagai uswah hasanah, qudwah sholihah dan figure yang sempurna bagi semua ummat manusia di sepanjang masa. <br />
“Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (al-Ahzab:21)<br />
Da’i adalah orang yang mempelopori mencontoh Nabi di semua sisi kehidupannya. (Ibadah, kezuhudan, atau dalam sifat tawadlu’ dan kebijaksanaan. Baik mengenai kekuatan fisik dan keberanian, atau tentang hal-hal yang berkaitan dengan politik dan keteguhan mempertahankan kebenaran(Islam).<br />
Diantara fenomena yang paling nampak untuk dicontoh dari Nabi adalah bagaimana beliau menyatukan agama dan dunia, ibadah dan kehidupan, tazkiyah (mensucikan jiwa) dan jihad. Semua itu beliau lakukan tanpa menimbulkan ketimpangan dalam segi apa pun.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mencontoh Ibadah Nabi<br />
Hendaklah selalu terbayang dibenaknya bahwa sesungguhnya Nabi selalu beribadah sepanjang malam, hanya sedikit beliau sisakan untuk istirahat. Bahkan bertahajjud malam hari sampai tumitnya bengkak. Hendaklah seorang da’i selalu siap dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah selama masih sanggup.<br />
Mencontoh Kezuhudan Nabi<br />
Nabi tak pernah makan roti sampai kenyang dalam tempo tiga hari berturut-turut, sejak beliau datang di Madinah sampai ajal menjemputnya. Padahal kalau mau, beliau bisa melakukannya. Hendaklah setiap da’i selalu waspada dan mengekang diri dari kesenangan-kesenangan duniawi semampu mungkin.<br />
Mencontoh Ketaqwaan Rasulullah<br />
Nabi duduk tanpa alas, beliau makan bersama pembantu, menjahit sendiri pakaiannya, memperbaiki sandalnya, membantu pekerjaan istrinya, menanggapi panggilan orang yang merdeka, pembantu dan budak belian. Duduk di mana saja dalam pertemuan… Hendaklah seorang da’i selalu waspada dan merendahkan hati di hadapan orang-orang mu’min lainnya sebisa mungkin.<br />
Mencontoh Kesabaran dan Kelembutan Nabi<br />
Hendaklah terbayang dibenak apa yang disabdakan Rasulullah setelah penaklukan Makkah kepada orang-orang yang dulu bersikeras menentangnya, mengeluarkannya dari negerinya dan bersekongkol untuk menghabisi nyawanya. Beliau bersabda; “Wahai sekalian orang Quraisy, apa kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?” Mereka menjawab; “Engkau adalah saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia” Kemudian beliau melanjutkan; “Pergilah, kalian semua bebar”. Hendaklah seorang da’i selalu memberi ma’af dengan sebaik-baiknya sebisa mungkin.<br />
Mencontoh Keteguhan Nabi dalam Mempertahankan Prinsip<br />
Keteguhan Nabi yang langka dan keberanian beliau yang mengagumkan terhadap orang-orang musyrik Quraisy. Yaitu disaat beliau berkata kepada pamannya; “Paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tanganku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan urusan ini (da’wah), aku tidak akan meninggalkannya sehingga Allah memenangkan da’wah atau aku binasa karenanya”. Hendaklah seorang da’i menyatakan kebenaran sebisa mungkin.<br />
Mencontoh Kekuatan Fisiknya<br />
Rasulullah sanggup mengalahkan ‘Rokanah’ tiga kali dalam adu gulat, bagaimana beliau mampu meladeni tantangan Ubai bin Kholaf di perang Uhud. Bagaimana para shahabat meminta bantuan kepada beliau untuk memecahkan sebuah batu dalam parit (perang Khondak). Hendaklah seorang da’i memelihara kekuatan fisiknya sesuai kemampuan.<br />
Mencontoh Keberanian Rasulullah<br />
Bagaimana sikap Rasulullah yang tegas dalam perang Hunain, yaitu ketika tantangan dunia menuntut keberanian yang tegar. Ketika itu beliau bersabda; “Aku Nabi, aku tidak dusta. Aku Putra Abdul Mutholib” Hendaklah seorang da’i sanggup memasuki kancah peperangan sebisa mungkin.<br />
3. Selalu Menyertai Orang-orang Pilihan, Yakni Mereka Yang Berhati Bersih<br />
Da’i lebih patut untuk menyertai orang-orang yang bertaqwa dan bergaul dengan orang-orang yang berhati bersih dan ma’rifat kepada Allah.<br />
Pertama: Karena Islam memerintahkan agar selalu menyertai mereka <br />
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu beserta orang-orang yang benar.” (at-Taubah 9:119)<br />
Ulama salaf berkata “Bershahabatlah dengan orang-orang yang keadaannya bisa menunjukkan kamu ke jalan Allah”.<br />
Orang-orang pilihan yang mengenal Allah memiliki ciri-ciri diantaranya :<br />
- Komitmen terhadap syariat Islam dengan niat yang ikhlas, jujur dalam keta’atan dan kontinyu dalam beramal<br />
- Dalam diri mereka tidak nampak adanya kemaksiatan, bid’ah atau apa pun yang menyalahi syariat. Sebab mereka adalah orang-orang yang bersih, memiliki komitmen dan menjadi teladan.<br />
- Mereka menyibukkan diri dengan kelemahan dan aib yang ada pada dirinya. Mereka tidak pernah sibuk dengan aib-aib orang lain<br />
- Mereka melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar dengan kekuatan iman dan keberanian jiwa<br />
- Di wajah mereka nampak adanya cahaya keimanan dan taqwa<br />
- Mereka memperhatikan ummat Islam dan bersemangat menghadapi segala permasalahan yang dihadapi ummat<br />
- Bergerak secara jujur demi tanggung jawab da’wah dan punya semangat yang ikhlas dalam perbaikan ummat dan jihad<br />
Jika seorang da’i menemukan penyeru kebenaran dengan ciri-ciri tersebut, maka hendaklah berusaha untuk menemani mereka, selalu hadir dalam majlis mereka, tanpa bosan atau merasa tidak perlu.<br />
Hendaklah seorang da’i bersikap hati-hati terhadap da’i yang buruk.<br />
Kedua : Untuk mendapatkan ketaqwaan, spritualitas dan nasehat dari mereka.<br />
Jika seorang da’i sudah menyertai orang-orang pilihan seperti mereka, niscaya ia akan mendapatkan ketaqwaan dari mereka, mereguk kekuatan rohani dari ucapan dan perilaku mereka. Ia akan mendapatkan dari mereka hal-hal yang bermanfa’at bagi agama, dunia dan akhiratnya. Bahkan secara otomatis ia akan naik bertahap menuju kematangan, kesempurnaan dan ma’rifat kepada Allah.<br />
4. Dzikir Kepada Allah Disetiap Waktu dan Keadaan<br />
“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah:152)<br />
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab 33:103)<br />
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dibandingkan dengan yang tidak berdzikir adalah bagaikan orang yang hidup dengan orang yang mati”. (HR. Bukhari)<br />
“Di hari kiamat nanti Allah akan mendatangkan satu kaum, wajah mereka bercahaya, mereka berdiri di atas mimbar terbuat dari mutiara, semua orang merasa iri kepada mereka. Mereka bukan Nabi dan bukan pula syuhada”. Seorang Arab badui bangkit dari duduknya sampai setengah berdiri, kemudian bertanya, “Ya Rasulullah sebutkan ciri-ciri mereka agar kami tahu. Rasulullah menjawab; “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai di jalan Allah, mereka terdiri dari suku dan negeri yang berbeda, mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah”. (HR. Thabrani)<br />
Dzikir adalah Merasakan keagungan Allah dalam semua kondisi. Bisa berupa dzikir fikiran, hati, lisan atau perbuatan. Dzikir perbuatan mencakup tilawah, ibadah dan keilmuan. Ma’na dzikir seperti inilah yang banyak dijelaskan oleh Al-Qur’an dan hadits. (QS. 24:37; QS. 13:28)<br />
Jika seorang mu’min ingin selalu menemukan kenikmatan dan ketentraman dzikrullah di relung hatinya, hendaklah ia merasakan adanya keagungan Allah tertancap dalam hati, merasuk dalam jiwa.<br />
Termasuk dzikir lisan adalah semua do’a dan Ma’tsurat. Termasuk dzikir juga, semua permohonan bantuan dari Allah dan semua istighfar yang tercantum dalam Al-Qur’an atau diriwayatkan dari Nabi.<br />
Berkaitan dengan ma’na dzikir dengan perbuatan yang mencakup ibadah :<br />
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (AlJumu’ah:9)<br />
Berkaitan dengan dzikrullah dengan perbuatan yang mencakup ilmu pengetahuan <br />
“… maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya 21:7)<br />
Bersungguh-sungguhlah dalam berdzikir kepada Allah secara kontinyu.<br />
5. Menangis Karena Takut Kepada Allah Disaat Berkhalwat<br />
Manakala seorang da’i berkholwat dengan Robbnya, dia akan mengingat kembali dosa-dosanya yang telah lalu dan mungkin terjadi. Membayangkan neraka jahannam dan semua kejadian yang mengerikan. Membayangkan hari akhirat dan semua peristiwa-peristiwanya. Terbayang di benaknya kematian dan apa-apa yang terjadi sesudahnya. Dia bandingkan antara amal-amalnya dengan amal-amal assabiqiin al awwaliin (generasi shahabat). Dengan itu semua, niscaya hatinya akan terenyuh, jiwanya tergetar, dan air matanya meleleh. Setelah peringatan seperti ini ia akan kembali menghadap Robbnya dengan bertobat, beristighfar, berdzikir, menjaga batasan-batasan-Nya. Bahkan ia akan termasuk mereka yang berlomba dalam melaksanakan amal kebaikan, bersegera dalam manta’ati-Nya, dan tunduk patuh kepada Robbul’alamin.<br />
Menangis adalah karena adanya rasa takut. Takut mati sebelum bertobat, takut dari istidtoj (pemberian tanpa rodha-Nya) dengan berbagai nikmat yang menyebabkan suul khotimah, takut dari neraka dan berbagai siksa di dalamnya, takut diharamkannya surga dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya. Lebih dari itu semua ada rasa takut dari sifat riya’ tatkala beribadah, sifat ujub disaat berkecukupan, sifat nifaq ketika bergaul, sifat ghurur (lupa diri) ketika mendapatkan dunia serta sifat-sifat lainnya yang tergolong dalam penyakit hati dan kelemahan jiwa.<br />
Orang yang paling takut adalah orang yang paling mengetahui dirinya dan Robbnya.<br />
Beberapa Keutamaan Menangis Karena Takut Kepada Allah<br />
A. Mereka berada di Bawah Naungan Allah di Hari Kiamat<br />
“Tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah disaat tidak ada naungan selain naungan-Nya … (diantaranya) seseorang yang berdzikir kepada Allah menyendiri, dan menangis karenanya”.<br />
B. Mereka terbebas dari Adzab Allah<br />
“Dua jenis mata yang tidak tersentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang piket malam fi sabilillah” (HR. Turmudzi)<br />
C. Mereka Berada Dalam Limpahan Cinta Kasih Ilahi<br />
“Tidak ada yang lebih dicintai Allah dari dua tetes dan du bekas; tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetes darah yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut adalah bekas berjihad di jalan Allah dan bekas dalam kewajiban yang Allah wajibkan (shalat berjama’ah) (HR Turmudzi)<br />
D. Mereka Berada Dalam Ampunan dan Maghfirah-Nya.<br />
“Apabila seorang hamba merinding karena takut kepada Allah maka dosa-dosanya berguguran bagai bergugurannya dedaunan dari pohon yang kering”. (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi)<br />
6. Bersungguh-sungguh Membekali Diri Dengan Ibadah-ibadah Nafilah<br />
“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu Mengangkat kamu ke Tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ 17:79)<br />
“Barangsiapa mendekat kepadaKu satu jengkal, maka Aku mendekat kepadanya satu siku, barangsiapa mendekat kepadaKu satu siku, maka Aku mendekat kepadanya satu depa dan barangsiapa mendekat kepadaKu dengan berjalan maka Aku mendekat kepadanya dengan berlari kecil …” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan nafilah adalah ibadah-ibadah sunnat selain ibadah fardhu, baik berupa shalat, shaum, shadaqah, dll.<br />
a. Shalat Nafilah<br />
i. Shalat Dhuha<br />
“Setiap pagi ada kewajiban bershadawah bagi tiap-tiap persendian, dan bisa memadai semua dengan dua raka’at shalat Dhuha”. (HR. Muslim)<br />
Shalat Dhuha sedikitnya dua raka’at, dan paling banyak delapan raka’at. Waktunya dimulai setengah jam setelah matahari terbit sampai satu jam menjelang dzuhur.<br />
ii. Shalat Sunat Tahiyatul Masjid<br />
“Jika salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sehingga melaksanakan shalat dua raka’at.”(HR. Muslim)<br />
iii. Shalat Sunnat Wudlu’<br />
“Rasulullah berkata kepada Bilal, “Ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga?” Bilal menjawab; “Tidak ada amal ibadah yang paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka” (HR. Bukhari)<br />
iv. Shalat Malam<br />
“Shalat yang paling afdhol setelah shalat fardhu adalah shalat lail”.(Imam Turmudzi)<br />
“Kalian harus shalat lail, sebab itulah jalan para sholihin, itulah pendekatan diri pada Robb kalian, penghapus kesusahan dan pemusnah dosa-dosa”. (HR. Turmudzi)<br />
Shalat lail dilakukan minimal dua raka’at, afdholnya delapan rakaat, dan tidak ada batasan maksimalnya. Shalat lail adalah shalat nafilah yang paling afdhol secara keseluruhan, karena lebih memungkinkan untuk ikhlash dan jauh dari sifat riya’.<br />
v. Shalat Tarawih<br />
Yaitu shalat 11 raka’at atau 21 raka’at yang dilakukan di bulan Ramadhan.. Setiap dua raka’at salam. Dilaksanakan dengan berjama’ah setelah shalat Isya.<br />
vi. Shalat sunnat rowatib<br />
Yaitu shalat sunnat yang menyertai shalat fardhu.<br />
Ibnu Umar berkata “Saya melaksanakan shalat bersama Nabi SAW dua raka’at sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaa’at setelah jum’ah dan dua raka’at sesudah isya”. (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
“Diantara dua adzan ada shalat. Diantara dua adzan ada shalat. Diantara dua adzan ada shalat”. (HR. Bukhari, Muslim) <br />
Dua adzan maksudnya adzan dan iqomah.<br />
b. Shaum Nafilah<br />
“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari fi sabilillah, melainkan Allah menjauhkan dia dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan” (HR. Muslim)<br />
i. Puasa ‘Arafah<br />
ii. Puasa ‘Aryuro dan Tasu’a<br />
Yaitu puasa hari ke sembilan dan kesepuluh bulan Muharram.<br />
iii. Shaum Enam Hari Pada Bulan Syawal<br />
iv. Shaum Tiga Hari Bidh (Putih)<br />
Penanggalan disini tentu menurut penanggalan Qomariyah (Hijriyah), sebab pada hari-hari tersebut bulan lebih jelas dan lebih terang.<br />
v. Shaum Hari Senin dan Kamis<br />
vi. Shaum Sehari dan Buka Sehari<br />
Shaum adalah ibadah yang melatih seseorang agar mampu ikhlas dan meninggalkan sifat riya’, sebab tidak ada yang mengetahui orang yang berpuasa sunnat selain Allah. Dialah yang akan memberi pahala terhadap orang-orang yang berpuasa dengan balasan yang pantas. <br />
c. Shadaqah Nafilah<br />
Shadaqah nafilah termasuk amal ibadah yang memberikan masukkan besar bagi pelakunya, bahkan batasan jumlah pahala tersebut tidak terhingga dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya. <br />
Allah akan menggantikan harta yang dishadaqahkan, memberkahinya dan menambahkan karunia-Nya.<br />
Keutamaan bershadaqah nafilah bahwa ia mampu melepaskan seorang mu’min dari sifat kikir dan melatih tumbuhnya sifat berkorban, suka berinfaq dan itsar (mementingkan orang lain)<br />
<br />
Maraji’ <br />
Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu<br />
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah : Petunjuk Praktis Mencapai Derajat TaqwaMedia Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-55076847390559017562010-11-24T04:41:00.000-08:002010-11-24T04:45:40.069-08:00Muwashofat Tarbiyah1. Salimul Aqidah (Good Faith)<br />
<br />
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.<br />
<br />
2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)<br />
<br />
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.<br />
<br />
3. Matinul Khuluq (Strong Character)<br />
<br />
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).<br />
<br />
4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)<br />
<br />
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).<br />
<br />
5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)<br />
<br />
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).<br />
<br />
6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)<br />
<br />
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).<br />
<br />
7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)<br />
<br />
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:<br />
<br />
‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.<br />
<br />
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)<br />
<br />
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.<br />
<br />
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)<br />
<br />
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.<br />
<br />
10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)<br />
<br />
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).<br />
<br />
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-16881574209583530342010-11-20T04:50:00.000-08:002010-11-20T04:51:26.280-08:00Hidayah Dicari Bukan DinantiSalah jika kita berpikir bahwa mendapat hidayah berarti Allah menurunkan malaikat yang akan menuntun seseorang sesat, lalu masuk Islam, bertaubat, menuntunnya melakukan amal kebaikan setiap saat sepanjang hidupnya tanpa ada usaha dari orang tersebut. <br /><br />Hidayah adalah petunjuk yang secara halus menunjukkan dan mengantarkan kepada sesuatu yang dicari. Dan yang paling dicari manusia -semestinya- adalah keselamatan akhirat khususnya dan keselamatan di dunia. Untuk mendapatkannya, Allah telah memberi bekal bagi setiap manusia dengan berbagai arahan yang akan membawanya menuju keselamatan. Namun Allah juga memberinya pilihan. Sehingga ada yang mengikuti petunjuk lalu selamat dan ada yang tidak mengacuhkannya lalu celaka. <br />Jika kita cermati tahapan hidayah berikut ini, kita akan tahu bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat hidayah. Hanya saja tidak semua orang mau berjalan mengikuti cahaya hidayah, menapaki jalan yang lurus. Kebanyakan mereka justru memilih jalan sesat hingga akhirnya celaka di akhirat. <br /><br />Tahapan Hidayah <br />Imam Ibnul Qayim dan Imam al Fairuz Abadi menjelaskan, Allah telah memberikan petunjuk secara halus kepada setiap manusia agar selamat hingga hari kiamat, bahkan sejak hari kelahirannya. Beliau menyebutkan; <br />Tahapan pertama adalah memberikan al hidayah al amah, hidayah yang bersifat umum yang diberikan kepada setiap manusia, bahkan setiap makhluknya. Yaitu petunjuk berupa insting, akal, kecerdasan dan pengetahuan dasar agar makhluknya bisa mencari dan mendapatkan berbagai hal yang memberinya maslahat. Hidayah inilah yang dimaksud dalam ayat, <br />"Musa berkata:"Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk". (QS. Thaha:50) <br />Dengan bekal ini, manusia bisa menyerap, memahami dan melaksanakan berbagai arahan dan bimbingan yang diberikan kepadanya. <br />Tahapan kedua adalah hidayatud dilalah wal bayan atau hidayatul Irsyad, yaitu petunjuk berupa arahan dan penjelasan yang akan mengantarkan manusia kepada keselamatan dunia-akhirat. Semua itu terangkum dalam risalah yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul-Nya. Allah berfirman, <br />"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami." (QS. 21:73) <br />Risalah yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah hidayatul bayan yang paripurna yang telah Allah berikan kepada manusia. Sifatnya hanya memberi penjelasan dan arahan agar manusia bisa meraih keselamatan. Mengikuti atau tidak, Allah memberikan pilihan kepada setiap manusia berupa ikhtiar. Sehingga ada diantara mereka yang mengetahui, kemudian mengikuti dan terus melazimi hingga menjadi mukmin yang taat, namun ada pula yang enggan bahkan menentang. Yang mengetahui, lalu mengikuti dan berusaha tetap berada diatas kebenaran akan selamat, sebaliknya yang mengetahui lalu berpaling akan binasa. <br />Kemudian, fase ketiga adalah hidayatut taufiq, yaitu petunjuk yang khusus diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki Allah. Hidayah yang menuntun hati seseorang untuk beriman dan beramal sesuai dengan tuntunan-Nya. Cahaya yang menerangi hati dari gelapnya kesesatan dan membimbingnya menuju jalan kebaikan. Hidayah yang mutlak hanya dimiliki dan diberikan oleh Allah inilah yang melunakkan hati seseorang hingga ia mau menjawab seruan dakwah. Dan hidayah ini pulalah yang menuntun mereka agar tetap berada di atas jalan yang lurus. <br />Hidayah ini adalah buah dari hidayatul irsyad. Seseorang tidak mungkin akan mendapat hidayah ini jika belum mendapatkan hidayatul irsyad sebelumnya. Namun, tidak semua orang yang sudah mendapat hidayatul irsyad pasti mendapatkan hidayatut taufiq. <br />Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa tugas dan kewenangan Nabi, juga orang-orang yang menjadi pewaris para Nabi hanyalah menjelaskan dan menyampaikan. Mereka tidak akan mampu membuat atau memaksa seseorang mengikuti apa yang meraka dakwahkan, jika orang tersebut lebih memilih jalan kesesatan dan tidak diberi hidayatut taufiq oleh Allah. Allah berfirman, <br />“Sesungguhnya engkau takkan bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56) <br />Yang terakhir adalah hidayah di akhirat. Petunjuk di akhirat yang menuntun manusia menuju Jannah. Rasulullah SAW bersabda, "Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, salah seorang dari mereka lebih tahu arah menuju rumahnya di Jannah daripada arah menuju rumahnya di dunia." <br />Keempat fase ini saling terkait secara berurutan. Tanpa adanya hidayah pertama, seseorang tidak akan bisa mendapatkan hidayah yang kedua berupa irsyad, arahan dan bimbingan dari Rasulullah. Sebab orang yang akalnya tidak sempurna (gila maupun idiot) tidak bisa menyerap dan menalar berbagai ilmu dan bimbingan dari siapapun. Kalaupun bisa, daya serapnya sangat minim, sehingga mereka justru dibebaskan dari semua taklif dan tanggungjawab. Sedang hidayah yang ketiga tidak mungkin bisa diraih sebelum seseorang mendapatkan hidayah yang pertama dan kedua. Taufiq dari Allah hanya akan turun kepada orang yang telah mendengar risalah dan kebenaran. Demikian pula hidayah yang keempat. Dan Allah maha mengetahui siapa yang benar-benar mencari dan berhak mendapatkan hidayah dari-Nya. <br /><br />Hidayah Harus Dicari <br />Hidayah al amah kita semua sudah memilikinya. Adapun hidayah di akhirat, bukan lain adalah buah dari hidayah yang kedua dan ketiga. Sehingga yang harus kita cari semasa hidup di dunia adalah hidayatul irsyad dan hidayatut taufiq. Ibnu Katsier menjelaskan hidayah kita pinta dalam surat al Fatihah adalah dua hidayah tersebut. <br />Hidayatul irsyad adalah ilmu syar'i yang shahih dimana dengan itulah kita bisa mengetahui kebenaran (ma'rifatul haq), sedang hidayatut taufiq adalah kelapangan hati untuk mengamalkan dan selalu berada diatas kebenaran. Dua hal ini tidak akan kita dapatkan jika Allah tidak menghendaki kita mendapatkannya. Sehingga yang harus kita lakukan adalah mencari dan memohon kepada Pemiliknya. Mencari berbagai hal yang bisa mendatangkan hidayah dan berusaha menghancurkan semua yang menghalangi kita dari hidayah. <br />Syaikh Abdurrahman bin Abdullah as Sahim, dalam sebuah risalahnya menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa mendatangkan hidayah; <br />Yang pertama adalah bertauhid dan menjauhi syirik. Allah berfirman yang artinya, <br />"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al An'am :82) <br />Kedua, menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya. <br />"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)." Dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami. Dan pasti Kami beri mereka hdiayah kepada jalan yang lurus. (QS. An Nisa':66-68) <br />Ketiga, inabah, bertaubat dan kembali kepada Allah. <br />"Orang-orang kafir berkata:"Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu'jizat) dari Rabbnya" Katakanlah:"Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi hidayah orang-orang yang bertaubat kepada-Nya. (QS. Ar Ra'du:27) <br />Keempat, I'tisham, berpegang teguh kepada kitabullah. <br />"Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. Ali Imran:101) <br />Kelima, berdoa dan berusaha keras mencarinya. <br />Dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW selalu berdoa, " <br />اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى <br />"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, penjagaan diri dan kecukupan diri." (HR. Muslim). <br />"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Ankabut:69) <br />Ketujuh, memperbanyak dzikir, <br />"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." <br />"Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk." (QS. Az Zukhruf:36-37). <br /><br />Penghalang Hidayah <br />Selain sebab-sebab yang bisa mendatangkan hidayah, ada juga beberapa hal yang akan menghalangi masuknya cahaya hidayah ke dalam hati, diantaranya; <br />Pertama, Minimnya pengetahuan dan penghargaan atas nikmat hidayah. <br />Ada sekian banyak manusia yang tergiur dengan dunia dan menjadikannya satu-satunya hal yang paling diharapkannya. Sukses di matanya adalah capaian harta dan kedudukan di mata manusia. Kesuksesan yang bersifat ukhrawi di nomorduakan, dan berpikir bahwa hal seperti itu bisa dicari lagi di lain kesempatan. Meski sudah mendapatkan lingkungan yang baik, kesempatan belajar agama yang benar, rejeki yang halal meski sedikit, ia tidak segan meninggalkannya demi meraih dunianya. Itu karena rendahnya penghargaan atas hidayah Allah berupa teman yang shalih dan ilmu dien yang telah diberikan padanya. Firman Allah, <br />"Mereka hanya mengetahui yang tampak dari kehidupan dunia; sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai. (QS. Ar Rum:7) <br />Kedua, Hasad dan kesombongan. <br />Dua hal yang menghalangi Iblis menjalankan perintah Allah dan menjadikannya gembong dari segala kesesatan di dunia. Dua hal ini pulalah yang menghalangi kebanyakan umat terdahulu -hingga sekarang- untuk beriman. Mereka tahu yang benar, tapi keangkuhan membuat hati mereka semakin gelap dan sukar ditembus cahaya kebenaran. <br />Ketiga, Jabatan. Seperti halnya Heraklius. Ia mengetahui kebenaran nubuwat Muhammad SAW, mengakui dan dengan jujur membenarkan risalah Islam. Tapi kedudukannya sebagai orang nomor satu di Romawi Timur menghalangi hatinya untuk bersyahadat, menggapai hidayah ilahi. Kasus semacam ini masih akan ada hingga hari ini. <br />Keempat, Syahwat dan harta. Ketakutan akan hilangnya mata pencaharian dan berkurangnya kesempatan memuaskan syahwat akan dengan mudah memalingkan manusia dari cahaya hidayah. <br />Betapa banyak yang menunda taubatnya hanya karena tidak mau 'tersiksa' oleh godaan wanita dan minuman keras. Betapa banyak yang enggan meninggalkan penghasilan yang syubhat dan haram hanya gara-gara takut menjadi miskin dan kehilangan mewahnya kehidupan. Dan betapa banyak yang tak sudi mendekati orang-orang shalih karena khawatir tak bisa lagi menikmati pergaulan bebas. Dua penghalang ini menjadikan mata pecintanya serasa pedas saat menatap kemilau hidayah Allah. Dan merekapun terus-menerus tenggelam dalam kegelapan maksiat. <br />Kelima, Kebencian. Seseorang yang membenci orang lain, si A misalnya, ketika si A mendapatkan hidayah berupa masuk Islam, taubat dari suatu maksiat, semangat belajar Islam atau yang lain, kebenciannya akan menghalanginya untuk mengikuti jejak orang yang ia benci itu. Kesombongan, gengsi dan kejengkelan tumbuh subur diatas lahan kebenciannya dan menghalangi sinar hidayah masuk menerangi hatinya. <br /><br />Hidayah Membawa Hidayah <br />Satu hidayah akan membawa hidayah yang lain. Demikian pula jika manusia terjebak pada satu penghalang hidayah, ia akan semakin terjerat dan sulit melepaskan diri. <br />Ibnul Qayim di dalam kitab Tanwirul Hawalik mengatakan, " Hidayah akan membawa hidayah yang lain. Dan kesesatan akan mendatangkan kesesatan yang lain pula. Perbuatan baik akan mendatangkan hidayah, setiap kali amal bertambah, bertambah pulalah hidayah dari-Nya. Demikian pula kesesatan. Hal itu karena Allah menyukai amal kebajikan dan akan membalasnya dengan petunjuk dan kesuksesan dan membenci keburukan dan mengganjarnya dengan kesesatan dan kecelakaan." <br />Beliau melanjutkan, "Sesungguhnya seorang hamba jika telah beriman kepada al Qur`an dan mendapat petunjuk darinya secara global, mau menerima perintah dan membenarkan berita dari al Qur`an, semua itu adalah awal mula dari hidayah-hidayah selanjutnya yang akan ia peroleh secara lebih detail. Karena hidayah itu tak memiliki titik akhir, seberapapun seorang hamba mampu mencapainya. Allah berfirman, " Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal shalih yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya. (QS. Maryam:76)." Wallahua'lam. <br />Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang senantiasa mendapat hidayah dari-Nya. Amin <span style="font-weight:bold;">(Taufik A.)</span>Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-11251144945815225832010-11-19T06:45:00.000-08:002010-11-19T06:47:03.698-08:00Menggali Cinta Dengan PuasaTernyata bukan hanya umat Muhammad yang berpuasa. Sejarah mencatat, sebelum kedatangan Muhammad, umat Nabi yang lain diwajibkan berpuasa. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa puasa wajib dilakukan tiga hari setiap bulannya. Bahkan, nabi Adam alaihissalam diperintahkan untuk tidak memakan buah khuldi, yang ditafsirkan sebagai bentuk puasa pada masa itu. "Janganlah kamu mendekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (Al-Baqarah: 35). <br /><br />Begitu pula nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Dalam Surah Maryam dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa. Nabi Daud alaihissalam sehari berpuasa dan sehari berbuka pada tiap tahunnya. Nabi Muhammad saw. Sendiri sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah pada masa itu turut mengamalkan puasa Asyura. <br /><br />Begitu pula, binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular, berpuasa baginya untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun pun berpuasa, jika tidak ia tak kan lagi menjadi kupu-kupu dan menyerbuk bunga-bunga. <br /><br />Jika berpuasa merupakan sunnah thobi'iyyah (sunnah kehidupan) sebagai langkah untuk tetap survive, mengapa manusia tidak? Terlebih lagi jika kewajiban puasa diembankan kepada umat Islam, tentu saja memikili makna filosofis dan hikmah tersendiri. Karena, ternyata puasa bukan hanya menahan dari segala sesuatu yang merugikan diri sendiri atau orang lain, melainkan merefleksikan diri untuk turut hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, memusnahkan kecemburuan sosial serta melibatkan diri dengan sikap tepa selira dengan menjalin hidup dalam kebersamaan, serta melatih diri <br />untuk selalu peka terhadap lingkungan. Rahasia-rahasia tersebut ternyata ada pada kalimat terakhir yang teramat singkat pada ayat 183 surah al-Baqarah. Allah swt memerintahkan: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa". (QS. Al-Baqarah: 183). <br /><br />Allah swt mengakhiri ayat tersebut dengan "agar kalian bertakwa". Syekh Musthafa Shodiq al-Rafi'ie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam mentakwil kata "takwa" dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan kodrat manusia dari perilaku layaknya binatang. Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain, sekarang atau nanti. Generasi kini atau esok. <br /><br />Mazhab sosialisme yang mengalami masa kolapnya di Eropa, tak mampu mengubah, menambah dan mengurangi jatah perut pengikutnya. Mereka, para sosialisme yang dianggap sebagai "mazhab buku" tak pelak lagi memandang puasa sebagai "satu-satunya sistem sosialis yang paling unik dan justeru paling benar"! Bagaimana tidak, puasa adalah kefakiran secara 'paksa' yang ditentukan oleh syariat agama kepada seluruh umat (Islam) tanpa pandang bulu. Islam memandang sama derajat manusia, terutama soal "perut". Mereka yang memiliki dolar, atau yang mempunyai sedikit rupiah, atau orang yang tak memiliki sepeserpun, tetap merasakan hal yang sama: lapar dan haus. Jika sholat mampu menghapus citra arogansi individual manusia diwajibkan bagi insan muslim, haji dapat mengikis perbedaan status sosial dan derajat umat manusia diwajibkan bagi yang mampu, maka puasa adalah kefakiran total insan bertakwa yang bertujuan mengetuk sensitifitas manusia dengan metode amaliah (praktis), bahwasanya kehidupan yang benar berada di balik kehidupan itu sendiri. Dan kehidupan itu mencapai suatu tahap paripurna manakala manusia memiliki kesamaan rasa, atau manusia "turut merasakan" bersama, bukan <br />sebaliknya. Manusia mencapai derajat kesempurnaan (insan kamil) tatkala turut merasakan sensitifitas satu rasa sakit, bukan turut berebut melampiaskan segala macam hawa nafsu. <br /><br />Dari sini puasa memiliki multifungsi. Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, ta'dib dan tadrib. Puasa adalah sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta'dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. Takwa dalam pengertian yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama, mengintegral dan tak dapat dipisahkan. <br /><br />Ada sejenis kaidah jiwa, bahwasanya "cinta" timbul dari rasa sakit. Di sinilah letak rahasia besar sosial dari hikmah berpuasa. Dengan jelas dan akurat, Islam melarang keras segala bentuk makanan, minuman, aktivitas seks, penyakit hati dan ucapan merasuki perut dan jiwa orang yang berpuasa. Dari <br />lapar dan dahaga, betapa kita dapat merasakan mereka yang berada di garis kemiskinan, manusia papa yang berada di kolong jembatan, atau kaum tunawisma yang kerap berselimutkan dingin di malam hari atau terbakar terik matahari di siang hari. Ini adalah suatu sistem, cara praktis melatih kasih sayang jiwa dan nurani manusia. Adakah cara yang paling efektif untuk melatih cinta? Bukankah kita tahu bahwa selalu ada dua sistem yang saling terkait: yang melihat dan yang buta, yang cendikia dan yang awam, serta yang teratur dan yang mengejutkan. <br /><br />Jika cinta antara orang kaya yang lapar terhadap orang miskin yang lapar tercipta, maka untaian hikmah kemanusiaan di dalam diri menemukan kekuasaannya sebagai "sang mesias", juru selamat. Orang yang berpunya dan hatinya selalu diasah dengan puasa, maka telinga jiwanya mendengar suara sang fakir yang merintih. Ia tidak serta merta mendengar itu sebagai suara mohon pengharapan, melainkan permohonan akan sesuatu hal yang tidak ada jalan lain untuk disambut, direngkuh dan direspon akan makna tangisannya itu. Orang berpunya akan memaknai itu semua atas pengabdian yang tulus, iimaanan wa ihtisaaban. Semua karena Allah, karena hanya Dia Sang pemilik segala.<span style="font-weight:bold;">Taufik Munir<br /><br /><br />* Penulis adalah Dewan Eksekutif Sanggar Kinanah, sedang menekuni filsafat <br />di al-Azhar University, Kairo.</span>Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-17241125024958524952010-11-19T06:40:00.000-08:002010-11-19T06:42:29.234-08:00Menyikapi PerubahanSatu hal yang tidak bisa kita elakkan dalam kehidupan kita adalah perubahan. Tuhan dalam firman-Nya beberapa kali mengungkapkan betapa dahsyat dan pentingnya perubahan itu. Karena itu pula dalam ayat-ayat Makkiyah (ayat-ayat yang turun di Makkah) dimulai dengan simbol-simbol perubahan. Misal, "Wal ashri" (Demi masa), "Wad Dhuhaa" (demi waktu dhuha). "Wassyamsi wa dhuhaahaa" dan sebagainya. Ini adalah simbol-simbol perubahan yang ditampilkan Allah kepada manusia untuk dimaknai dan dipikirkan. <br />Lantaran besarnnya dampak perubahan bagi kehidupan seseorang, Nabi Muhammad Saw pernah memberikan pesan kepada para sahabatnya untuk betul-betul dan sungguh-sunguh dalam menghadapi perubahan itu sendiri. Sebab, jika tidak, manusia yang paginya masih Muslim, bisa jadi pada siangnya ia termasuk orang-orang fasik. Bisa jadi di waktu paginya dzikir khusyu' di mushalla, tapi siangnya ia jadi pezina, pencuri, pemabuk dunia bahkan setan besar. Atau malam harinya ia selalu membaca Al-Qur'an, tapi paginya ia tiba-tiba jadi orang malas. Tidak ada yang dapat menjamin diri kita dalam 24 jam sehari semalam dalam kondisi Islam terus. <br />"Bersegeralah kalian untuk beramal shaleh... Karena seseorang yang paginya Muslim, sorenya bisa jadi kafir dan yang sorenya Muslim, paginya jadi kafir....," kata Nabi.<br />Kalau demikian apa yang bisa dan mampu membuat kita untuk selalu di jalan Allah (Islam)? Pertama, ikhlas. Inilah inti dari beragama. Kegiatan, rencana, program organisasi, partai politik, LSM, perusahaan apa pun yang tak diniatkan dengan ikhlas untuk Allah sia-sia saja. "Apa-apa yang mereka usahakan tidak berguna/tidak mencukupi baginya," kata Allah dalam surat al-Lahab.<br />Sikap ikhlas ini pula yang membuat iblis tidak mampu menggoda seseorang. Kalau hari ini diri kita selalu jauh dari Allah berarti hati kita memang jauh dari Allah, dan si setan itulah yang dekat dengan diri kita. Artinya, hari ini nilai dan kadar ikhlas kita rendah. Kondisi ini pula yang membaut kita mudah tertipu oleh kenikmatan dan kemewahan dunia dan isinya. Tidak ada yang tahu apakah kita ikhlas atau tidak, kecuali diri kita dan Allah saja! Karena itu bila hari ini kita berbohong, ya diri kita dan Allah sajalah yang tahu.<br />Kedua, sabar. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang mengungkapkan kemulyaan dan keindahan orang-orang sabar (asshabirien). Ketinggian orang yang sabar itu pula yang membuat mereka itu dicintai Allah. "Sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang sabar", "Sesungguhnya Allah mencintai orang-arang yang sabar." Banyak organisasi, paguyuban, partai politik, ormas, lembaga-lembaga riset, industri-industri modern, bahkan sebuah negeri hancur luluh-lantak lantaran tidak memiliki karekter sabar. <br />Sabar itu identik dengan ketabahan, keuletan, kegigihan, teguh pendirian dan konsistensi seseorang, masyarakat atau individu atas perubahan untuk tetap dalam ibadah, jihad, mujahadah di jalan Allah. Mereka yang rela rugi secara duniawi untuk kepentingan di akhirat, mereka yang terus mengajak kebaikan tanpa ingin pujian dan prestise apa pun, dan mereka yang selalu bertindak jujur, adil dan bertanggung jawab adalah termasuk orang-orang yang sabar.<br />Pertolongan Allah tidak akan datang kecuali kepada mereka yang sabar. Rasulullah dan para sahabatnya pernah mengadu kepada Allah lantaran dahsyatnya cercaan, makian, siksaan orang-orang kafir terhadap mereka. Kesabaran mereka benar-benar diuji oleh-Nya. Dan Allah pun mengatakan kepada mereka, "Bukankah pertolongan Allah sangat dekat?" Sungguh untuk menjadi orang yang sabar itu berat. Tapi beratnya sabar itu tidak sebanding dengan nilai dan manfaat dari sikap sabar itu sendiri. Inilah membuat menang sebuah gerakan manusia.<br />Ketiga, benar. Tidak mudah menjadi manusia benar. Apalagi kebenaran di dunia adalah kebenaran yang nisbi, relatif. Benar disini artinya kita benar dalm bersikap terhadap Allah Swt, dari mulai cara cinta, memohon, berharap, takut, ridlo, tawakkal dan sebagainya. sikap-sikap tersebut pun tidak mudah dilalui seseorang, kecuali mereka yang memiliki keikhlasan dan kesabaran. "Dan jadilah kalian bersama-sama orang yang sabar," tegas Allah dalam firman-Nya.<br />Supaya kita selalu dalam kebenaran maka kita harus hidup, bergaul, bermu'amalah, berbinis, berorganisasi bersama orang-orang yang benar. Sikap benar itu pula yang orang lain menghargai, menghormati kita. Kita tidak akan dilecehkan oleh percaturan dunia jika kita memang menjadi orang-orang yang benar. Benar yang harus kita lakoni adalah benar dalam berpihak, berkata, bersikap, berpendirian dan sebagainya. Dan beruntunglah menjadi bagian orang-orang benar.<span style="font-weight:bold;">Era Muslim, (Saifuddin)</span>Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-30366678422814688142010-11-12T21:03:00.000-08:002010-11-12T21:07:22.171-08:00ADAB BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKATDengan atau tanpa da’wah, interaksi dengan masyarakat adalah suatu kepastian. Bagi seorang muslim, untuk menyebarkan rahmat Islam bagi semesta alam tentu dilakukan dengan berinteraksi dengan masyarakat lebih-lebih dalamkaitannya dengan da’wah, karena da’wah sendiri harus dengan berbaur dengan masyarakat (mukholathah) dengan mukholtahoh yang ijabi (positif).<br />Allah swt berfirman:<br /><br />Dengan demikian, thobi’at da’wah itu adalah ‘aammah (umum). da’wah khoshshoh bukan merupakan suatu badil (pengganti) bagi da’wah ‘aammah, tetapi lebih merupakan penunjang bagi da’wah ‘aammah, karena da’wah ‘aammah belum dapat dimunculkan sebagaimana mestinya.<br />Berinteraksi dengan masyarakat ini dimulai dari yang terdekat dengan kita. Kita melihatnya dengan mizanud-da’wah. Sikap atau asas berinteraksi dengan masyarakat adalah al mu’amalah bilmitsli. Sedangkan sikap ta’amul da’wah adalah عَامِلُوْا النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ بِهِ. Bagaimana atau apa yang seharusnya kita berikan kepada masyarakat.<br />A. Berinteraksi Dengan Para Da’i Yang Lain<br />Yang dimaksud dengan da’i di sini adalah para da’i yang belum indhimam satu shaffi dengan kita.<br />1. Kita memiliki tujuan umum yang sama, yaitu : membela Islam dan memajukan ummat.<br />2. Namun demikian, kita tetap menyadari adanya perbedaan dalam khiththah dan uslub (cara kerja).<br />3. نَتَعَاوَنُ فِيْمَا اتَّفَقْنَا فِيْهِ، وَيُعْذِرُ بَعْضُنَا بَعْضًا فِيْمَا اخْتَلَفْنَا فِيْهِ (Menjalin kerja sama dalam hal-hal yang disepakati dan bersikap toleran dalam hal-hal yang ikhtilaf).<br />4. Menyenangi ijma’ untuk mencapai al wihdah al fikriyyah dan tidak senang nyeleneh (syadz). Syadz berbeda dengan ghoriib (aneh, asing, tidak dikenal, atau lupa dikenal). Syadz artinya bertolak belakang dengan yang shahih. Sedangkan ghariib adalah sesuatu yang baik yang tidak atau belum dikenal oleh masyarakat banyak. Karena inilah Rasulullah saw bersabda:<br />بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ، اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ (الحديث)<br />Islam datang sebagai sesuatu yang ghariib (asing dan tidak dikenal) dan ia akan kembali asing sebagaimana saat datang pertama kalinya, maka beruntung sekali orang-orang yang ghariib itu, yaitu orang-orang yang meng-ishlah (memperbaiki) apa yang dirusak oleh orang lain. (Hadits).<br />5. Toleransi dalam masalah khilaf dan furu’ dan membenci ta’ashshub (fanatisme).<br />6. لاَتُفْسِدُ لِلْوُدِّ قَضِيَّةٌ Persoalan apapun tidak boleh merusak mawaddah (rasa saling mencintai) antar sesama kaum muslimin. Pernah Hasan Al Banna difitnah bahwa janah ‘askari (sayap militer) akan menyerang jama’ah jihad. Tentu saja pimpinan jama’ah jihad marah dan meminta dialog dengan Hasan Al Banna untuk mengeluarkan segala unek-uneknya. Hasan Al Banna hanya menjawab: saamihuuni (ma’afkan saya).<br />7. Khilaf itu silahkan dikaji secara ilmiyyah dalam suasana jernih dan ukhuwwah, dan jangan hanya berhenti sebatas apologetik (pembelaan diri) saja.<br />B. Berinteraksi Dengan Tokoh Masyarakat<br />1. Tempatkanlah mereka sesuai dengan kedudukannya.<br />اِنْزِلُوْا النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ (الحديث)<br />Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukannya (Al Hadits)ز<br />Lihatlah bagaimana sikap Rasulullah saw terhadap Abu Sufyan ra waktu fathu Makkah, beliau saw bersabda: “Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka dia aman …”.<br />Dalam kejadian ini Rasulullah saw menjadikan rumah Abu Sufyan sebagai baitul qashiidi (rumah yang dituju), dan kedudukan Abu Sufyan tidak direbut, justru di-ta’ziz.<br />2. Hormatilah mereka di tengah-tengah para pengikutnya.<br />Sa’ad bin Mu’adz ketika diberikan kehormatan untuk mengambil keputusan hukum atas Bani Quraizhah, Rasulullah saw bersabda: Quumu ila sayyidikum.<br />3. Sebutkan juga jasa-jasa mereka kepada Islam.<br />a. Ketika pemilihan khalifah di Tsaqifah Bani Sa’idah, pidato Abu Bakar sangat bijak. Ia menyebut-nyebut nikmat Islam, jasa-jasa Anshar dan kebaikan-kebaikan Muhajirin. Dengan begitu, kaum Anshar ikut mendukung.<br />b. Dalam sebuah munasabah (kesempatan) Hasan Al Banna juga pernah diminta untuk mengisi acara semacam tabligh. Namun sayangnya panitia kurang memiliki fiqhul mujtama’, sehingga terjadi konflik dengan ulama’ disekitar tempat acara. Setelah diceritakan oleh panitia mengenai konflik tersebut kepada Hasan Al Banna sebelum acara dimulai, maka Hasan Al Banna meminta ijin untuk mendatangi para ulama’ itu satu persatu untuk memohon ma’af kepada mereka. Setelah itu barulah beliau memulai ceramahnya. Dalam ceramahnya beliau menyebut-nyebut kebaikan dan jasa-jasa mereka terhadap Islam. Akhirnya para ulama’ itu mendatangi tempat di mana Hasan Al Banna berceramah.<br />4. Menjalin hubungan dengan mereka dan mendo’akan mereka.<br />a. Rasulullah saw menghubungi tokoh Thaif serta mendo’akan mereka.<br />b. Umar At-Tilmisani ketika Anwar Sadat meninggal dunia, ia mengucapkan: “Inna Lillahi wa inna ilaihi Raji’un”. Ucapan ini membuat tercengang semua ikhwa yang mendengar, sebab Anwar Sadatlah yang menghukum dan menyiksa ikhwah termasuk syekh Umar.<br />5. Memperhatikan kepentingan bersama<br />a. Mulailah pembicaraan dari titik-titik persamaan, jangan dari titik yang berbeda.<br />b. Hasan Al Banna dalam berda’wah memulai dari titik-titik yang sama, kemudian mendudukkan poin-poin yang berbeda.<br />C. Berinteraksi Dengan Tetangga dan Kolega<br />1. Menjaga hak-hak tetangga.<br />2. Tidak mengganggu mereka.<br />3. Berbuat baik dan menghormatinya serta berbuat ihsan kepada mereka, minimal berwajah ceria di hadapan mereka dan ramah.<br />4. Memperhatikan mereka dan memeriksa keadaan mereka. “Jika membuat sayur, perbanyaklan airnya, dan perhatikan tetangga”.<br />5. Mendengarkan mereka.<br />6. Shabar. Ingat peristiwa Rasulullah saw dengan tetangganya yang Yahudi.<br />7. Menda’wahi mereka dan mendo’akan mereka.<br />D. Beirnteraksi Dengan Non Muslim<br />1. Mu’amalah dengan yang setimpal.<br />2. Tidak mengakui kekufuran mereka.<br />3. Berbuat yang adil terhadap mereka dan menahan diri dari mengganggu mereka.<br />4. Mengasihani mereka dengan rahmah basyariyyah.<br />5. Menunjukkan kemuliaan akhlaq muslim dan izzah Islam.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-66857343580287542532010-11-12T18:31:00.000-08:002010-11-12T18:40:28.840-08:00Makna Sabar"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)<br />Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)<br />Sekilas Tentang Hadits <br /><br />Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh : <br />- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999. <br />- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412. <br />- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.<br />Makna Hadits Secara Umum<br />Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.<br />Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.<br />Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.<br />Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.<br />Urgensi Kesabaran<br />Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.<br />Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.<br />Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.<br />Makna Sabar<br />Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:<br />Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)<br />Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.<br />Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: <br />Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.<br />Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.<br />Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.<br />Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an<br />Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;<br />1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."<br />Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.<br />2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"<br />3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."<br /><br />4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."<br />5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."<br />6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."<br />Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.<br />Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.<br /><br />Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;<br />1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)<br />2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)<br />3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)<br />4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)<br />5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)<br />6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)<br />7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)<br /><br />8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)<br /><br />9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)<br />Bentuk-Bentuk Kesabaran<br />Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:<br />1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.<br />Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal, <br />(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'. <br />(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya. <br />(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.<br />2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".<br />3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.<br />Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits<br /><br />Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :<br />1. Sabar terhadap musibah.<br /><br />Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :<br />Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)<br /><br />2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad). <br />Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.<br /><br />3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.<br />Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)<br />4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan. <br />Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).<br /><br />5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat. <br />Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)<br />6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi<br />Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).<br /><br />Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran<br />Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;<br />1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.<br />2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.<br />3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.<br />4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.<br />5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)<br />6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.<br />7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.<br />Penutup<br />Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.<br />Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.<br /><br />Wallahu A'lam<br />By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-45724716991196975202010-11-12T02:33:00.000-08:002010-11-12T02:34:51.950-08:00Anugrah Terindah Milik kitaRingkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan. <br /><br />Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas darah bernanah, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan. <br /><br />Ibunda... <br />Adakah saat ini kita terenyuh mengenangkannya? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. <br /><br />Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa. Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga. <br /><br />Selaksa cinta ibunda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah. Polesan warna seorang ibunda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, ibunda masih berucap, "Alhamdulillah... Allah telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak." <br /><br />Banyak... sungguh teramat banyak cinta ibunda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Yatim seorang anak pun tidaklah menghalangi ibunda untuk merangkai sejarah dengan tinta emas, terbukti dengan mekar harumnya para mujtahid Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal serta Imam Bukhari. Didikan ibunda mereka telah mampu mendidiknya hingga menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan mandiri dalam kemiskinan. <br /><br />Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Bahkan kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, ibunda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. <br /><br />Saat dewasa, tapak kaki telah kuat menjejak tanah dan tangan pun terkepal ke angkasa, masihkah selalu ingat ibunda? Cita-cita telah tergenggam di tangan, popularitas, kemewahan hingga dunia pun telah takluk menyerah kalah, tunduk karena ketekunan, jerih payah serta kerja keras tiada hentinya. Haruskah sombong dan angkuh hingga kata-kata menyakitkan begitu gampang terlontar? <br /><br />Duhai jiwa, sekiranya engkau sadar bahwa tanpa do'a ibunda, niscaya semua masih angan-angan belaka. <br />Astaghfirullah... ampuni diri ini ya Allah. <br /><br />Duhai ibunda... <br />Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata makian hingga membuat luka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian do'a terhatur untukmu. Ampuni diri ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, ibunda. <br /><br />Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu. <br /><br />Duhai ibunda... <br />Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu. <br />Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku. <br />Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu. <br /><br />Duhai ibunda... <br />Bukakanlah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku. <br /><br />Wallahua'lam bi showab. <br /><br />*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* <br />Al-Hubb Fillah wa Lillah, <br /><br />Hade Gumilang AnNuri 17 oktober 2009Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-13855281631030959452010-11-11T19:39:00.000-08:002010-11-11T21:14:30.238-08:00Syariat Dalam RumahSYA’RIAT DALAM RUMAH<br />Rumah adalah tempat yang dipakai seseorang untuk melindungi kebiasaan-kebiasaan tabiat dan dapat melepaskan diri dari ikatan-ikatan masyarakat sehingga dengan demikian tubuh ini bisa istirahat dan jiwa bisa tenang.<br />“Dan Allah Menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia Menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukin dan (Dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu). (QS. An-Nahl 16:80)<br />Rasulullah juga memerintahkan supaya rumah-rumah kita itu bersih.<br />“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia suka kepada yang baik. Dia juga bersih, suka kepada yang bersih. Dia juga mulia, suka kepada yang mulia. Dia juga dermawan, sangat suka kepada yang dermawan. Oleh karena itu bersihkanlah halaman rumahmu, jangan kamu menyerupai orang-orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi)<br /> LAMBANG-LAMBANG KEMEWAHAN DAN KEMUSYRIKAN<br />Seorang muslim tidak dilarang untuk menghias rumahnya dengan karangan bunga yang warna-warni dan ukiran-ukiran serta hiasan yang halal.<br />“Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan Perhiasan dari Allah yang telah Dikeluarkan-Nya untuk Hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami Menjelaskan Ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al-A’raf 7:32)<br />Namun demikian, Islam tidak suka kepada berlebih-lebihan dalam segala hal. Dan Nabi sendiri tidak senang seorang muslim yang rumahnya itu penuh dengan lambang-lambang kemewahan dan berlebih-lebihan atau rumahnya itu ada lambang-lambang kemusyrikan.<br /> ISLAM MENGHARAMKAN PATUNG<br />“Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk suatu rumah yang di dalamnya ada patung.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />Karena pemiliknya itu menyerupai orang kafir, dimana mereka biasa meletakkan patung dalam rumah-rumah mereka untuk diagungkan. <br /><br />Hikmah diharamkannya Patung<br /><br />1. Untuk membela kemurnian Tauhid dan supaya jauh dari menyamai orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala mereka.<br />Sudah pernah terjadi di kalangan ummat-ummat terdahulu, dimana mereka itu membuat patung orang-orang yang saleh mereka yang telah meninggal dunia kemudian disebut-sebutnya nama mereka itu. Lama-kelamaan dan dengan sedikit demi sedikit orang-orang saleh yang telah dilukiskan dalam bentuk patung itu dikuduskan, sehingga akhirnya dijadikan sebagai Tuhan yang disembah selain Allah.<br />2. Sebab seorang pelukis yang sedang memahat patung itu akan diliputi perasaan syok, sehingga seolah-olah dia dapat menciptakan suatu makhluk yang tadinya belum ada.<br />“Sesungguhnya orang-orang yang membuat patung-patung ini nanti di hari kiamat akan disiksa dan dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah patung yang kamu buat itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />Dalam hadits Qudsi, Allah Swt. berfirman: “Siapakah orang yang lebih menganiaya selain orang yang bekerja untuk membuat sesuatu seperti pembuatanku? Oleh karena itu cobalah mereka membuat zarrah (benda yang kecil), cobalah mereka membuat sebutir beras belanda.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />3. Orang-orang yang berbicara dalam persoalan seni ini tidak berhenti dalam suatu batas tertentu saja, tetapi mereka malah melukis (memahat) wanita-wanita telanjang atau setengah telanjang. Mereka juga melukis (dan memahat) lambang-lambang kemusyrikan.<br />4. Patung-patung selalu menjadi kemegahan orang-orang yang berlebihan.<br /><br />Bimbingan Islam dalam mengabadikan orang besar<br />“Jangan kamu menghormat aku seperti orang-orang Nasrani menghormati Isa bin Maryam, tetapi katakanlah, bahwa Muhammad itu hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)<br />Sekalipun keabadian itu sangat perlu bagi manusia tetapi tidak mesti dengan didirikannya patung untuk orang-orang besar yang perlu diabadi-kan itu. Cara untuk mengabadikan yang dibenarkan oleh Islam ialah mengabadikan mereka itu ke dalam hati dan lisan yaitu dengan menyebut kesuksesan perjuangan mereka dan peninggalan yang baik-baik yang ditinggalkan untuk generasi sesudah mereka. Dengan demikian mereka itu akan selalu menjadi sebutan orang-orang belakangan.<br />Rasulullah saw. sendiri dan begitu juga para khalifah dan pemuka-pemuka Islam lainnya, tidak ada yang diabadikan dengan berbentuk materi dan patung-patung yang terbuat dari batu yang dipahat.<br /><br />Rukhshah patung dalam permainan anak-anak<br /><br />Kalau macam daripada patung itu tidak dimaksudkan untuk diagung-agungkan dan tidak berlebih-lebihan serta tidak ada suatu unsur larangan di atas, maka dalam hal ini Islam tidak menganggap hal tersebut suatu dosa. Misalnya permainan anak-anak berupa binatang-binatangan. Patung-patung ini semua hanya sekedar pelukisan untuk permainan dan menghibur anak-anak.<br />Aisyah berkata: “Aku biasa bermain-main dengan anak-anakan perempuan (boneka perempuan) di sisi Rasulullah saw. dan kawan-kawanku datang kepadaku, kemudian mereka menyembunyikan boneka-boneka tersebut karena takut kepada Rasulullah saw., tetapi Rasulullah saw. malah senang dengan kedatangan kawan-kawanku itu, kemudian mereka bermain-main bersama aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br /> HUKUM GAMBAR DALAM ISLAM<br />Kalau lukisan seni itu berbentuk sesuatu yang disembah selain Allah, tidak lain dia adalah menyiarkan kekufuran dan kesesatan. Dalam hal ini berlakulah baginya ancaman Nabi yang begitu keras :<br />“Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya nanti di hari kiamat ialah orang-orang yang menggambar.” (HR. Muslim)<br />Hukum gambar dan yang menggambar :<br />i. Macam-macam gambar yang sangat diharamkan ialah gambar-gambar yang disembah selain Allah<br />ii. Termasuk dosa juga, orang-orang yang melukis sesuatu yang tidak disembah, tetapi bertujuan untuk menandingi ciptaan Allah<br />iii. Di bawah hal diatas adalah patung-patung yang tidak disembah, tetapi termasuk yang diagung-agungkan (patung raja, dll)<br />iv. Di bawahnya lagi ialah patung-patung binatang dengan tidak ada maksud untuk disucikan atau diagungkan<br />v. Selanjutnya ialah gambar-gambar di papan yang oleh pelukisnya/pemiliknya sengaja diagung-agungkan<br />vi. Di bawah itu ialah gambar binatang-binatang dengan tidak ada maksud diagung-agungkan, tetapi dianggap suatu manifestasi pemborosan<br />vii. Adapun gambar-gambar pemandangan, selama gambar-gambar tersebut tidak melupakan ibadah dan tidak sampai kepada pemborosan, hukumnya makruh<br />viii. Adapun fotografi, pada prinsipnya mubah, selama tidak mengandung objek yang diharamkan<br />ix. Terakhir, apabila patung dan gambar yang diharamkan itu bentuknya dirubah atau direndahkan (dalam bentuk gambar), maka dapat pindah dari lingkungan haram menjadi halal. Seperti gambar-gambar di lantai yang biasa diinjak oleh kaki dan sandal<br />1.D. PERIHAL ANJING<br />Termasuk yang dilarang oleh Nabi ialah memelihara anjing di dalam rumah tanpa ada suatu keperluan. Adanya anjing dalam rumah seorang muslim memungkinkan terdapatnya najis pada bejana dsb. karena jilatan anjing itu.<br />“Apabila anjing menjilat dalam bejana kamu, maka cucilah dia tujuh kali, salah satu diantaranya dengan tanah.” (HR. Bukhari)<br />“Malaikat Jibril datang kepadaku, kemudian ia berkata kepadaku sebagai berikut: Tadi malam saya datang kepada-mu, tidak ada satupun yang menghalang-halangi aku untuk masuk kecuali karena di pintu rumahmu ada patung dan di dalamnya ada korden yang bergambar dan di dalam rumah itu juga ada anjing. Oleh karena itu perintahkanlah supaya kepala patung itu dipotong untuk dijadikan seperti keadaan pohon dan perintahkan pula supaya korden itu dipotong untuk dijadikan dua bantal yang diduduki dan perintahkan-lah anjing itu supaya dikeluarkan.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)<br />Memelihara anjing pemburu dan penjaga hukumnya mubah<br />Adapun anjing yang dipelihara karena ada kepentingan misalnya untuk berburu, menjaga tanaman dsb. dapat dikecualikan dari hukum ini.<br />“Barangsiapa memelihara anjing, selain anjing pemburu atau penjaga tanaman dan binatang, maka pahalanya akan berkurang setiap hati satu qirat.” (HR. Bukhari, Muslim)<br />Maraji’<br />Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam IslamMedia Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-83210752726142851032010-11-11T06:35:00.000-08:002010-11-11T06:38:30.004-08:00Pohon TuaSuatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang.<br />Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya,<br />tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu,<br />tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon<br />itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka<br />membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-<br />burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam<br />kebesaran pohon itu.<br /><br />Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-<br />harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon<br />tersebut.Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon<br />itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah<br />naungan dahan-dahan."Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka<br />setiap selesai berteduh.Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar<br />perkataan tadi.<br /><br />Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan.<br />Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan.<br />Tubuhnya,kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu<br />di milikinya.Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang<br />yang lewat,tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh. Sang pohon<br />pun bersedih. "Ya Tuhan,mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan<br />padaku? Aku butuh teman.Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa<br />Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang<br />pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan.<br />"Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan<br />siksaan ini? Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang<br />kering.<br /><br />Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon<br />tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering.<br />Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam<br />hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.<br /><br />"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, .ada seekor<br />anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya.<br />"Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada<br />lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu<br />atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak<br />burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang<br />pohon. Keesokan harinya,beterbanganlah banyak burung ke arah pohon<br />itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu<br />yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk<br />mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di<br />dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya.<br /><br />Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin<br />cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.<br />Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah,<br />hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di<br />dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang<br />pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan<br />pengabdiannya pada alam.<br /><br />Teman,begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah<br />memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita.<br /><br />Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu<br />memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya<br />tak selalu mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang<br />terbaik buat kita.<br /><br />Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-<br />Nya kita karunia yang berlimpah.<br /><br />Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal<br />yang tak dapat disiasati.<br /><br />Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya<br />Allah,sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih<br />untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah,<br />sedang menguji kesabaran yang dimiliki.<br /><br />Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari<br />rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan<br />putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang<br />sabar.Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7086247200889108667.post-62839429093507329512010-11-11T04:07:00.000-08:002010-11-11T04:11:50.270-08:00Sekuntum Edelweis untuk......"Aku ingin mundur dari wasilah dakwah ini, aku sudah tidak kuat lagi<br />menunaikan amanah yang semakin menyesakkan dadaku, aku sudah tidak kuat lagi menelan kekecewaan demi kekecewaan, batas kesabaranku telah habis “, kalimat itulah yang terlontar dari lisan salah seorang saudaraku yang biasanya terlihat tegar dan selalu mempersembahkan senyumnya setiap kali bersua denganku, tapi pagi itu seolah kesedihannya telah menghapus semua lukisan senyum di wajahnya, seakan keputus asaan telah menyedot seluruh semangat dan harapannya.<br /><br />Untuk sejenak aku termenung, udara dingin yang sedari tadi membekap tubuh tak kurasa lagi. Ah....masih belum begitu lama, aku pun pernah berada pada posisi yang sama layaknya yang dialami saudaraku<br />ini, saat itu pun begitu putus pengharapanku hingga aku pun benar-benar sudah tidak kuat lagi menanggung amanah ini dan serperti dia aku pun ingin mengakhirinya dengan cara keluar dari aktivitas ini. Aku melihat masalah yang dia hadapi pun sepertinya sama denganku, kepingan – kepingan kekecewaan dan keletihan yang akhirnya menjadi puzzle raksasa bergambar kata Putus Asa.<br /><br />Kelelahan adalah sebuah efek yang wajar dari aktivitas yang berulang ulang, kontinu bahkan terkadang membosankankan. Keletihan adalah<br />kenikmatan yang diberikan-Nya di sela-sela aktivitas kita karena<br />kedatangannya membuat kita merasakan nikmatnya beristirahat, kedatangannya membuat kita memperoleh kesempatan untuk menarik nafas panjang sebelum kita kembali berlaga, namun adalah keletihan yang meraja yang akan membekap bara semangat, azam dan harapan, meredupkannya dan diam-diam memadamkannya.<br /><br />Oleh karenanya ketika kita bermain-main dengan keletihan, maka seyogyanya kita menjaga agar keletihan itu tidak menjadi penjara untuk<br />perjalanan kita selanjutnya dan pada saat yang sama hendaknya kita selalu sadar akan keberadaann cawan-cawan yang berisi cairan energi yang senantiasa dihidangkan untuk kita. Sumber kekuatan yang akan membuat kita untuk tidak betah berkubang dalam lembah kefuturan, energi itu yakni keikhlasan dan indahnya ukhuwah.<br /><br />Ketika kekecewaan dan keletihan bersemayam di dada maka menyadari kembali bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha dan pengharapan besar kita untuk menggapai rahmat dan ridho Alloh SWT, akan mengembalikan kekuatan untuk bangkit. Keikhlasan adalah tidak berbesar kepala saat pujian mengguyur , begitu pun tidak berputus asa bilamana cercaan menghujam dan menghimpit, adalah keikhlasan tidak bergantung pada makhluk yang biasanya menjadi sumber kefuturan.<br /><br />Sebuah keikhlasan tidak mengenal kata lelah karena segala keluh kesah senantiasa dititipkan pada angin yang membumbungkan doa dalam sujud-sujud panjang kita.dan DIA senantiasa menyediakan “telinga-Nya” untuk kita.<br /><br />Saat tubuh tidak lagi tegak, saat kaki mulai lemah, saat lisan mulai keluh untuk menyuarakan kebenaran, maka pada saat yang sama ada<br />saudara kita yang memapah, saudara yang akan menopang kaki yang telah rapuh, dan menggantikan kita untuk bersuara lebih lantang. Senyumnya bagai oase dalam kegersangan jiwa kita, perhatiannya adalah penentram kegundahan kita, tausyiahnya adalah semangat baru yang disematkan pada diri ini.<br /><br />Karena dialah kita yakin bahwa kita tidak sendirian. Andaikan saja kita layaknya sekuntum bunga edelweis yang terus mekar dalam kegersangan, terus mempersembahkan senyum dalam kesederhanaan<br />dan kebersahajaannya, semangat abadi hidupnya dalam keterhimpitan. Ya... seperti halnya edelweis, tekad untuk memberikan sesuatu bagi kemaslahatan umat adalah ruh hidup itu sendiri sehingga ketika kita ingin keluar dari aktivitas yang menjadi media untuk tumbuh dan hidupnya ruh itu maka kita telah menyiapkan prosesi HARAKIRI untuk jiwa ini.<br /><br />Teruntuk saudaraku dalam sisa-sisa keletihannya ...Media Dakwah akhwathttp://www.blogger.com/profile/10945862665034708546noreply@blogger.com0